Ekspresionline.com
  • Sentra
  • Fokus
    • Analisis Utama
    • Laporan Khusus
    • Telusur
    • Wawancara Khusus
  • Berita
    • Lingkup Kampus
    • Lingkup Nasional
    • Lingkup Jogja
  • Perspektif
    • Ruang
    • Opini
    • Resensi
      • Buku
      • Film
      • Musik
  • Margin
  • Foto
  • Infografik
No Result
View All Result
Ekspresionline.com
  • Sentra
  • Fokus
    • Analisis Utama
    • Laporan Khusus
    • Telusur
    • Wawancara Khusus
  • Berita
    • Lingkup Kampus
    • Lingkup Nasional
    • Lingkup Jogja
  • Perspektif
    • Ruang
    • Opini
    • Resensi
      • Buku
      • Film
      • Musik
  • Margin
  • Foto
  • Infografik
No Result
View All Result
Ekspresionline.com
No Result
View All Result

Audiensi dengan Pimpinan UNY, Mahasiswa Bawa Tiga Permasalahan Penting

by Arni Arta
Sunday, 9 December 2018
in Berita, Lingkup Kampus
0
Audiensi dengan Pimpinan UNY, Mahasiswa Bawa Tiga Permasalahan Penting

Arta/EKSPRESI.

3
SHARES
235
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Ekspresionline.com – Forum komunikasi (forkom) Kajian, Riset, dan Politik (Karispol) dan Kesejahteraan Mahasiswa (Kesma) BEM KM UNY dan BEM seluruh fakultas UNY mengadakan diskusi umum dengan menghadirkan rektor, jajaran wakil rektor, seluruh dekan fakultas, ketua lembaga, dan direktur pascasarjana, Selasa (4/12/2018).

Acara yang bertajuk CINTA UNY (Curhatan dan Aspirasi tentang UNY) ini dilaksanakan di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY. Wahidya Difta Sunanda, perwakilan forkom Karispol dan Kesma BEM se-UNY, menyatakan bahwa acara ini merupakan sarana untuk memberikan saran untuk UNY agar lebih baik.

Wahidya juga mengatakan, ada tiga fokus permasalahan, yaitu UPPA (Uang Pangkal Pengembangan Akademik), parkiran, dan wi-fi yang menjadi pembahasan pada diskusi ini. Terkait UPPA, Wahidya menjabarkan tentang minimnya sosialisasi sehingga mahasiswa baru tidak bisa mengakses Surat Keputusan rektor terkait UPPA.

Selain itu, transparansi dana UPPA menjadi hal yang dipermasalahkan pula. Transparansi ini termasuk presentase mahasiswa diterima yang membayar nol rupiah untuk UPPA. Hal tersebut untuk mengetahui pengaruh pengisian besaran UPPA terhadap peluang penerimaan mahasiswa di UNY.

Menurut Wahidya, sebagian besar mahasiswa belum mengetahui transparansi penggunaan dana UPPA. Ia mengatakan realisasi UPPA di Fakultas Ilmu Sosial (FIS) terlihat dari seperangkat komputer berserta mejanya yang berada di sekretariat organisasi mahasiswa (Ormawa), terutama himpunan mahasiswa (Hima).

Akan tetapi, terkait pengalokasian dana UPPA untuk keperluan Hima, Wahidya  merasa untuk mempertanyakan lagi. Pasalnya, Hima merupakan ormawa di bawah kemahasiswaan bidang III, sedangkan UPPA berada di bidang I.

“Dulu, saat ditanya awal, penerapan UPPA untuk pengembangan laboratorium, misalnya, yang berkaitan  dengan akademik. Tapi, realisasinya untuk bidang kemahasiswaan. Nah, ini kita perlu klarifikasi,” ujarnya.

Masalah realisasi dana UPPA juga dikeluhkan oleh Muhamad Aji, mahasiswa Fakultas Ekonomi. Bertolak belakang dengan FIS, Aji menyatakan bahwa dirinya melihat belum ada pembangunan atau hal-hal yang menjadi realisasi UPPA. “UPPA yang paling besar dari FE adalah dari teman-teman kita yang dari D3, yaitu kampus wilayah Wates. Di sana mereka saya lihat belum ada yang namanya sebuah pembangunan ataupun hal-hal yang menjadi realisasi UPPA,” kata Aji.

Pendapat lain yang mempertanyakan tentang UPPA disampaikan oleh Abeyasa Auvry, mahasiswa FIS. Abeyasa meminta pihak rektorat untuk menjalankan fungsi transparansi dan akuntabel dalam menjalankan prinsip pengelolaan. “Ada di UU nomor 12 tahun 2012 kalau gak salah. Nah, itu yang kita tuntut transparasi dan akuntanbel dari pihak rektorat,” ujarnya.

Senada dengan hal tersebut, Agung Wahyu Putra Angkasa, meminta kejelasan transpransi dari rekorat dalam waktu dekat. “Jadi apakah nanti siang hari ini kita bisa mengakses itu, jadi transparansi pengeluaran dan pemasukan UPPA bisa ga sih pak kita melihat secara langsung,“ kata mahasiswa FIP tersebut.

Menanggapi masalah terkait UPPA, Sutrisna Wibawa, Rektor UNY,menganjurkan untuk mengisi UPPA dengan nominal nol rupiah bagi calon mahasiswa baru yang kurang mampu. “Kita mengedepankan humanis kalau memang yang kurang mampu ya di nol-kan ya gapapa,“ ujarnya.

Mengenai data mahasiswa dengan UPPA nol rupiah, Sutrisna menyebutkan ada 278 dari 1701 mahasiswa jalur mandiri. “Dan jalur mandiri itu maksimal 30%. Nah, kembali ke UPPA, kita yang nol itu ada 278 dari 1701 mandiri, jadi ada 15.56%. Saya hanya akan memberikan data rekap karena saya tidak ingin data individu itu menyebar dan di sistem itu hanya yang nol itu tanpa nama karena itu bagian dari rahasia individu, seperti nilai,“ jelasnya.

Tentang pengalokasian dana UPPA, Sutrisna menyebutkan 85% dana diberikan untuk fakultas dan 15% dimanfaatkan untuk universitas. “Kemudian berapa-berapa total kesanggupan itu ada 15.736 (mahasiswa baru jalur mandiri–Red.), yang sudah membayar 10.438 (mahasiswa baru jalur mandiri — Red.). Peruntukannya 85% itu untuk fakultas,“ paparnya, panjang lebar.

Terkait 85% alokasi dana UPPA untuk universitas, Widarto, Dekan Fakultas Teknik menyatakan 2,2 milyar dari dana UPPA sudah aktif dan dibelanjakan. “Salah satu contohnya yang sudah dirasakan, parkir di sisi timur itu,” ujarnya. Sedangkan Sugiharsono, Dekan Fakultas Ekonomi menyatakan baru 87,5 juta dari dana UPPA yang dimanfaatkan untuk perbaikan dan pemeliharaan gedung.

Selain pembahasan tentang UPPA, permasalahan mengenai lokasi parkir di lingkungan UNY menjadi topik bahasan pada diskusi siang itu. Wahidya mencoba memaparkan kondisi parkir yang dianggapnya tidak memadai.

Beberapa titik di kampus UNY pusat yang kritis terkait lahan parkir antara lain FE, yaitu jalan portal menuju belakang Hotel UNY, belakang Museum Pendidikan Indonesia, Fakultas Matematika dan IPA, Student Center, serta kondisi parkiran di Fakultas Bahasa dan Seni yang terendam banjir pada 3 Desember 2018 lalu.

Menangggapi masalah parkir, Sutrisna menyatakan bahwa pihak universitas sudah menyiapkan lokasi parkir baru. “Saya mengakui parkiran kita masih semrawut dan kita sedang membangun dan sudah selesai, kita bisa mulai atur pada Januari,” katanya.

Masalah terakhir yang menjadi pembahasan oleh BEM adalah wifi. Data yang berhasil dikumpulkan oleh BEM antara lain mengenai hilangnya Education Roaming (Eduroam) dan sulitnya akses YSU, pengadaaan router di area kedap sinyal, aktivas fungsi layanan YSU di tempat yang tidak terjangkau akses, dan optimalisasi besaran kapasitas dan jangkauan wifi YSU di area perkuliahan.

“Permasalahannya adalah mungkin kawan-kawan juga merasakan bahwasanya YSU terhambat, Eduroam tak ter-connect (terhubung). Jadi, ketika teman-teman suruh isi wifi terhambat atau tidak dengan koneksi YSU, mayoritas menjawab iya,” jelas Wahidya.

Menanggapi hal tersebut, Sutrisna meminta Wakil Rektor I dan II untuk segera melakukan koordinasi dengan pusat komputer (puskom). “Nah, wifi itu okelah yang belum-belum ini. Pak WR II dan WR I mohon segera koordinasi dengan puskom. Jadi dalam bayangan saya ini sudah selesai. Ini kita udah mengeluarkan 2,5 M untuk menaikan bandwidth dan menambah jaringan,” pungkasnya.

Arni Arta

Editor: Ahmad Yasin

Kontribusi / Iklan / Blog / Pedoman Media Siber / Tentang Kami

© 2018 Lembaga Pers Mahasiswa EKSPRESI UNY
No Result
View All Result
  • Sentra
  • Fokus
    • Analisis Utama
    • Laporan Khusus
    • Telusur
    • Wawancara Khusus
  • Berita
    • Lingkup Kampus
    • Lingkup Nasional
    • Lingkup Jogja
  • Perspektif
    • Ruang
    • Opini
    • Resensi
      • Buku
      • Film
      • Musik
  • Margin
  • Foto
  • Infografik

© 2018 Lembaga Pers Mahasiswa EKSPRESI UNY