Ekspresionline.com–Siang itu, pukul 13.00 WIB di hari Kamis (19/1/2023), sekelompok mahasiswa UNY tengah berkumpul di pelataran Plaza UNY. Mereka terlihat menunggu mahasiswa lainnya datang sembari melipat-lipat kertas menjadi pesawat.
Lalu sampai pukul 15.00 WIB, satu persatu mahasiswa ikut berdatangan dan turut berkumpul. Sejalan dengannya, terkumpul puluhan pesawat kertas hasil lipatan mereka tadi. Rupanya, agenda berkumpul mereka bermaksud hendak melakukan aksi simbolik bertajuk “Revolusi Pesawat Kertas”.
Waktu menunjukkan pukul 15.24 WIB. Usai dirasa cukup menunggu, sekelompok mahasiswa yang berkumpul tadi menyanyikan Mars Mahasiswa, diikuti dengan short march menuju halaman Gedung Rektorat UNY.
Selain bernyanyi, mereka juga membentangkan 2 spanduk bertuliskan “Revolusi Pesawat Kertas Tidak Akan Selesai Sampai Pendidikan Gratis” dan “UKT Kian Tinggi Saatnya Revolusi”.
Delapan menit kemudian, sesampainya massa aksi di tujuan, suara nyanyian berhenti menjadi suara-suara orasi. Di samping itu, Gedung Rektorat UNY sudah dipadati oleh orang-orang. Mulai dari beberapa staf maupun dosen UNY, pihak keamanan, dan media lokal-nasional juga pers mahasiswa.
Suara massa aksi yang berorasi secara bergantian, lantang terdengar sampai pukul 16.12 WIB. Mereka meminta agar Rektor UNY Sumaryanto mau menemuinya. Permintaan itu berupa audiensi permasalahan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang menjadi momok bagi mahasiswa. Mereka menuntut beberapa kejelasan dan respons dari rektor. Salah satunya pengajuan skema penurunan UKT bagi mahasiswa yang terdampak masalah ekonomi. Mereka ingin tuntutan mereka didengar dan ditanggapi rektor.
Sambil menyampaikan maksud dan tujuan aksi, massa aksi juga membagikan pamflet-pamflet berisi tuntutan kepada orang-orang yang memenuhi halaman gedung.
Di lain sisi, media mulai mewawancarai dua mahasiswa UNY. Satu mahasiswa sebagai koordinator umum aksi dan satu lagi massa aksi yang memberi kesaksian sempat direpresi.
Aksi terus berlangsung dan orasi tak henti-hentinya digaungkan. Namun rektor yang diminta untuk audiensi tidak dapat menemui massa aksi tanpa alasan yang jelas. Salah satu pejabat UNY menghampiri kerumunan massa aksi, menyarankan agar audiensi dilakukan bersama dengan Direktorat Perencanaan dan Keuangan UNY saja. Namun, massa aksi masih terus bersikeras agar Rektor UNY yang melakukan audiensi bersama mereka, bukan pejabat lainnya.
Seiring berjalannya waktu, massa aksi pun akhirnya bersedia melakukan audiensi tanpa rektor, diwakilkan para pejabat lainnya. Audiensi berjalan mulai pukul 16.32 WIB sampai dengan 17.19 WIB. Massa aksi menyampaikan 11 tuntutan berdasarkan kajian dan survei yang dilakukan oleh UNY Bergerak dan LPM Ekspresi.
Mereka mewakili 1.000 lebih mahasiswa yang mengisi survei untuk menyampaikan keberatannya akan besaran UKT yang dirasa tak sepadan dengan kemampuan ekonominya. Nampak wajah-wajah getir terlukis pada raut muka mereka. Nuansa amarah, kekecewaan, dan kesedihan mengisi suasana audiensi kala itu.
Meski begitu, massa aksi merasa tidak mendapat respons yang memuaskan. Hanya beberapa tuntutan yang dapat dilaksanakan. Itu pun belum bisa dicantumkan pada surat resmi dari UNY. Massa aksi pun kembali mendesak agar rektor dapat hadir di tengah audiensi untuk memberi kepastian terhadap tuntutan mereka.
Sayangnya, para pejabat rektorat yang sebelumnya hadir justru masuk ke dalam gedung dan meninggalkan massa aksi begitu saja.
Saat aksi berlangsung panas-panasnya, langit berubah. Cuaca yang awalnya cerah nan terik berganti mendung. Tak lama berselang, hujan turun dan membuat hawa menjadi dingin.
Walakin, semangat massa aksi tidak surut hanya karena cuaca. Bahkan kendatipun respons yang diharapkan tidak mereka dapatkan, orasi-orasi, lantangan kritik, dan berbagai seruan lainnya terus dilontarkan ke arah Gedung Rektorat UNY yang menjadi “simbol” pemangku kebijakan itu.
Sehubungan dengan tajuk aksi di awal, aksi simbolik “Revolusi Pesawat Kertas” yang diusung akhirnya dilakukan pada 17.57 WIB ketika hujan telah reda. Pesawat kertas yang sudah mereka buat, diterbangkan ke arah gedung rektorat bagian dalam.
“Sayap kirinya itu berisikan tentang kondisi [keluhan] mahasiswa yang bersangkutan. Apakah dia kesulitan dengan UKT, bagaimana kondisi ekonomi keluarganya, dsb. Kemudian sayap kanannya itu berisikan harapan pendidikan Indonesia ke depannya,” ujar Koordinatur Lapangan Aksi menginstruksikan.
Selanjutnya, saat hari mulai gelap, pukul 18.09 WIB, massa aksi menyalakan lilin dan menabur bunga. Mereka mengheningkan cipta dan menyanyikan lagu Gugur Bunga.
“Kemudian dilanjut dengan adanya lilin dan tabur bunga, jadi sudah merepresentasikan bahwa ada yang perlu dievaluasi begitu. Bahwa kami tidak katakan bapak-ibu yang di gedung sana itu tidak berkerja, tidak. Tetapi ada yang perlu dievaluasi karena apa, [apakah] karena ada telinga yang tertutup [atau] mungkin ada hati yang perlu disadarkan,” jelas Koordinatur Lapangan Aksi.
Aksi simbolik “Revolusi Pesawat Kertas” berakhir pada pukul 18.15 WIB. Massa aksi kembali ke titik kumpul awal (Plaza UNY) dan melaksanakan evaluasi.
Ayu Kusnaini
Kurator Foto: Armand Rizky Putra Ghozali
Editor: Abi Mu’ammar Dzikri