Ekspresionline.com–Aliansi Solidaritas Untuk Wadas (ASUW) Purworejo mengadakan aksi damai bertajuk “Wadas Menggugat! Tanah adalah Nyawa!”, yang merupakan bagian dari aksi serentak berskala nasional pada Selasa (22/03/2022).
Puluhan massa aksi yang tergabung dalam ASUW Purworejo tidak hanya berasal dari solidaritas Purworejo, tetapi juga solidaritas dari Magelang dan Wonosobo. Mereka semua berkumpul turut serta dalam panggung bebas di Monumen Tentara Pelajar. Di panggung bebas tersebut, sempat terjadi kisruh lantaran intrik penamparan oleh TNI kepada salah seorang massa aksi.
Kronologi Aksi
Aksi damai ini diawali dengan orasi politik di depan kampus Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP). Lalu, massa aksi melakukan longmarch dari UMP sampai ke Monumen Tentara Pelajar sembari membagikan selebaran sejarah perjuangan warga Wadas menolak tambang. Sebelum melanjutkan longmarch, massa aksi juga melakukan orasi di depan kantor DPRD Purworejo.
Aksi berlangsung kondusif sampai seorang aparat TNI merepresi dengan melakukan penamparan terhadap salah satu massa aksi. Insiden ini menimbulkan kemarahan massa aksi yang lain. Barisan sempat terpecah karena massa aksi lain mempertanyakan tindakan represifitas aparat TNI tanpa alasan yang jelas.
Sebelumnya, salah seorang aparat TNI bertanya pada seorang awak media pers terkait asal mereka, serta tujuan dan alasan mengikuti aksi. Lalu, salah seorang massa aksi berinisiatif memberikan selebaran terkait sejarah perjuangan warga Wadas kepada aparat tersebut. Akan tetapi, aparat itu menolak dengan dalih tidak suka baca. Massa aksi itu merespons “Oalah, gak suka baca…,” lalu tiba-tiba aparat tersebut menamparnya serampangan. Aparat TNI itu mengaku tidak suka dengan respons yang diberikan.
“Baru saja kita ngomongin kekerasan, kau [langsung] melakukannya!” seru salah seorang massa aksi.
Selama aksi berlangsung, orasi serta puisi yang dibacakan banyak menyinggung tindakan represifitas oleh aparat serta warga sipil ‘preman’ yang tidak dikenal kepada warga Wadas. Utamanya pada insiden 8-9 Februari silam. Kendati kejadian itu masih meninggalkan luka bagi warga dan bahkan menjadi insiden serupa yang kedua kalinya di tahun lalu (23 April 2021), warga Wadas masih konsisten menolak rencana pertambangan batu andesit di desanya.
“Kejadian di Wadas menimbulkan luka bagi demokrasi di negara kita. Tindakan represif dari aparat juga membuktikan bahwa sekarang kebebasan berpendapat kita dibatasi secara terang-terangan,” ujar salah satu mahasiswa asal Magelang.
Pasca insiden 8-9 Februari lalu, Desa Wadas masih terus didatangi aparat baik TNI maupun Polri. Beberapa alasan dilontarkan aparat ketika ditanya mengenai kepentingan mereka datang ke Desa Wadas. Mulai dari patroli, penyaluran berbagai macam bentuk bantuan, hingga pengadaan pengajian.
Penarikan aparat dari Desa Wadas pernah dibicarakan antara Warga dengan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat bertemu langsung pada 13 Februari lalu–pasca insiden. Meski saat itu Ganjar berdalih akan menarik seluruh aparat, nyatanya sampai saat ini aparat masih berseliweran di Desa Wadas. Keresahan warga tak ditanggapi serius meskipun warga mengaku masih merasa ketakutan atas insiden pengepungan itu.
Dalam aksi ini, ASUW Purworejo menyuarakan tiga tuntutan bersama–yang mencakup spektrum Wadas–,
yaitu memerintahkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo untuk menghentikan rencana penambangan di Desa Wadas, mencabut Izin Penetapan Lokasi (IPL) Bendungan Bener dan mengeluarkan Wadas dari IPL Bendungan Bener, serta mengusut tuntas dalang di balik tindakan pengepungan, penangkapan secara sewenang-wenang, dan penyiksaan yang dilakukan aparat kepolisian terhadap warga Wadas pada tanggal 8-9 Februari 2022.
Selain tiga tuntutan bersama di atas, ASUW juga menyuarakan 14 tuntutan turunan terkait apa yang terjadi di masyarakat dan kejadian yang dialami salah satu massa aksi hari ini (22/03/2022). Selain isu Wadas, turut disuarakan pula isu mengenai keterlibatan TNI dan Polri dalam konflik agraria, keadilan dan kebebasan merdeka bagi bangsa Papua Barat, penindakan aparat TNI yang melakukan penamparan massa aksi di Purworejo, dll.
ASUW terus menyatakan bahwa pihaknya tetap akan mendukung perjuangan warga Wadas walaupun berbagai upaya pelemahan dilakukan oleh pemerintah. Mereka juga berharap suara mereka serta suara seluruh rakyat yang tengah berjuang dipenuhi dan tidak lagi dibungkam.
Fenita Istiqomah
Editor: Abi Mu’ammar Dzikri