Judul: Animal Farm
Penulis: George Orwell
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2022
Tebal: 128
ISBN: 978-602-06-5547-5
Ekspresionline.com–“Makhluk-makhluk di luar memandang dari babi ke manusia, dan dari manusia ke babi lagi; tetapi mustahil mengatakan mana yang satu dan mana yang lainnya.”
Kalimat pamungkas Orwell dalam Animal Farm membawa kembali ingatan bahwa manusia dan babi keduanya tergolong animalia. Manusia dan babi juga tergolong omnivora, keduanya hanya berbeda pada wujud dan isi kepala. Orwell menerbitkan novelnya untuk kali pertama pada 17 Agustus 1945 di Inggris.
Bermula dari Revolusi Oktober 1917 di Moskow, Orwell melalui Animal Farm mengkritik pemerintahan Uni Soviet. Personifikasi sekelompok babi dalam cerita merujuk pada elite Uni Soviet, sementara hewan-hewan adalah rakyatnya. Orwell secara alegoris, memaparkan kebobrokan pemerintahan Uni Soviet melalui peternakan yang dipimpin sejumlah babi dengan satire khasnya.
Kebobrokan pemerintahan Uni Soviet tak secara langsung dipaparkan Orwell. Ia menempatkan dirinya sebagai pengamat serba tahu dalam cerita. Orwell juga mengungkap kejadian-kejadian melalui perumpamaan, tetapi tetap sesuai substansi peristiwa nyata dan tak sepenuhnya sama.
Revolusi yang Dikhianati
Bermula dari ide-ide Mayor, seekor babi tua yang ingin mengubah nasib hewan-hewan di peternakan. Pemikiran Mayor yang dikenal sebagai “binatangisme” kemudian diturunkan ke para babi muda cerdas, yakni Snowball dan Napoleon.
Dua sekawan babi dan hewan-hewan lain memulai perlawanan terhadap Tuan Jones. Majikan di Peternakan Manor, lewat Pertempuran Kandang Sapi. Beruntung mereka memenangkan pertempuran, entah bagaimana kalau tidak. Nasib paling baik yang mungkin mereka dapat adalah melanjutkan hidup sepantasnya sebagai hewan ternak.
Peternakan Manor kini berganti Peternakan Hewan. Peraturan demi peraturan diterapkan sekelompok babi didikan Si Tua Mayor dan dipatuhi para hewan. Para babi tak lupa menebar janji-janji di peternakan. Para hewan tenggelam dalam perayaan, mereka tak sadar akan masalah dan penderitaan selanjutnya.
Setelah memenangkan Pertempuran Kandang Sapi, para hewan mengangkat Snowball sebagai pemimpin. Pertempuran ini bisa dikaitkan dengan Revolusi Oktober 1917 di Moskow, melibatkan kelompok Bolshevik dan Kekaisaran Rusia. Masa itu, Kelompok Bolshevik memenangkan revolusi dan mengambil alih kekuasaan Tsar Nicholas II.
Di Peternakan Hewan, babi dianggap sebagai hewan cerdas yang mampu mengarahkan masa depan peternakan. Seperti kondisi di Rusia saat itu, rakyat menaruh harapan pada Lenin, Trotsky, dan Stalin. Bisa dibilang, Si Tua Mayor, Snowball, dan Napoleon merupakan personifikasi dari tiga tokoh tersebut.
Orwell menghadirkan Snowball sebagai representasi Trotsky dan Napoleon mewakili Stalin. Jika ditilik pada kedua tokoh ini, Trotsky banyak berpartisipasi dalam perlawanan terhadap tentara kekaisaran ketimbang Stalin. Seperti Trotsky, Snowball dianggap pahlawan setelah Pertempuran Kandang Sapi. Maka dari itu, ia dianggap pantas menjadi pemimpin.
Nahas, Trotsky yang digadang-gadang sebagai penerus Lenin tak pernah terwujud. Ia diusir dan dicap pengkhianat oleh Stalin yang naik ke puncak kekuasaan. Sama halnya dengan Snowball yang diusir Napoleon dari Peternakan Hewan. Buntut pengusiran Snowball adalah “pembersihan” massal yang mirip the Great Purge, zaman Stalin berkuasa.
Nama Snowball menjadi sasaran atas segala kegagalan Napoleon di Peternakan Hewan. Napoleon menebar momok kembalinya Tuan Jones dan Snowball kepada para hewan sebagai dua entitas jahat yang jadi musuh bersama. Sikap paranoid Napoleon persis Stalin, takut kehilangan kekuasaan akibat kebodohannya sendiri.
Dari Hewan Ternak menjadi Budak
Napoleon masih terus melakukan pembersihan atas dasar paranoia. Setelah menyingkirkan Snowball, Napoleon bersama seekor babi cerdas lain dan Squealer, rutin menyebar momok. Squealer yang piawai berbicara menjadi corong Napoleon untuk melancarkan propaganda pembodohan.
Pembodohan demi pembodohan menjadi konsumsi harian para hewan. Tak cukup membuat perut mereka kenyang setelah bekerja membangun proyek. Masalah-masalah baru lainnya muncul, seperti kelaparan, penambahan jam kerja, dan pengurangan jatah makan. Ironisnya, para hewan bahagia dengan kehidupan yang demikian.
Satu per satu hewan mati. Sementara itu, para babi sibuk menyantap hidangan lezat saban harinya. Mungkin sudah takdir mereka, hidup hanya menunda kematian. Setelah mati mereka dikirim ke rumah jagal. Akhir yang berkebalikan dari janji para babi di awal.
Napoleon dan Squealer berbuat seenak jidat melanggar dan mengotak-atik peraturan sebagai jalan pintas menuju pantas. Mula-mula manusia dianggap musuh, tetapi seiring berjalannya waktu, anggapan itu pudar. Akhirnya, para babi bekerja sama dengan manusia.
Napoleon dan Squealer adalah Stalin dan Molotov. Napoleon dan Squealer melakukan kerja sama dengan musuh mereka, yaitu manusia. Seperti Molotov yang menjalin kerja sama dengan Nazi Jerman melalui Pakta Molotov-Ribbentrop.
Pakta ini merupakan kesepakatan rahasia antara Uni Soviet dan Nazi Jerman untuk membagi dan menginvasi Polandia. Selang beberapa waktu, kedua negara ini saling bermusuhan di front timur pada Perang Dunia II.
“Semua hewan sama derajatnya, tetapi beberapa hewan derajatnya lebih dari yang lain.”
Demikian kalimat yang ditulis Orwell dalam bukunya. Kalimat di atas merupakan salah satu peraturan baru di Peternakan Hewan masa Napoleon dan Squealer berkuasa. Orwell menggugah realita, bahwa sistem hierarki dalam masyarakat kadang kala tak memihak dan merugikan mereka sendiri.
Sampai titik ini, bisa ditilik bahwa kekuasaan adalah instrumen penindasan apabila disalahgunakan. Cara-cara licik oleh segelintir pihak pada akhirnya menghasilkan kebijakan-kebijakan tak bijak. Bagaimana dengan penguasa hari ini? Silakan nilai sendiri, entah sebagai “hewan ternak” atau rakyat yang kritis.
Membuka Mata terhadap Fakta
Bahasa melalui sastra sering dipahami sebagai seni, yaitu sarana mengekspresikan rasa atau menunjukkan estetika. Sastra juga menyediakan ruang bagi penulis untuk merespons suatu peristiwa. Misalnya Oliver Twist karya Charles Dickens yang mengkritik kebijakan monarki Inggris tentang pekerja anak di Inggris masa revolusi industri.
Seperti Dickens, George Orwell juga seorang penulis dan jurnalis di abad ke-20. Karyanya banyak berkontribusi pada perkembangan kesusastraan Inggris. Kebanyakan sastrawan dalam kesusastraan Inggris berangkat dari jurnalisme. Sebut saja Charles Dickens, Ernest Hemingway, Jack London, Mark Twain, dan Rudyard Kipling.
Jika ditilik lebih jauh, pada 1936, Orwell pernah ambil bagian dalam Perang Saudara Spanyol. Ia tergabung ke dalam Brigade Internasional dan terlibat langsung dalam berbagai penyelamatan warga sipil. Jika Pablo Picasso melukis Guernica untuk mengenang perang saudara, maka Orwell menulis memoar Homage to Catalonia.
Masih dalam kurun waktu yang sama, di awal 1930-an, seorang wartawan Wales, Gareth Jones, melakukan perjalanan ke Uni Soviet untuk reportase. Ia menyaksikan bencana kelaparan massal atau Holodomor. Bencana itu adalah akibat dari kebijakan pemerintah yang mulanya ditujukan untuk memajukan sektor pertanian.
Jones merupakan orang pertama yang melaporkan Holodomor melalui The London Evening Standard pada 31 Maret 1933 dengan tajuk “Famine Rules Russia”. Tantangan datang dari jurnalis Amerika Serikat, Walter Duranty. Tak main-main, Jones menantang jurnalis The New York Times itu dalam pergulatannya mencari fakta di Uni Soviet.
Sayangnya nasib berkata lain, Jones mendapat ancaman dari komunis dan gugur selang dua tahun setelah meliput Holodomor di Manchukuo. Ironisnya, Duranty yang merupakan bumper dari Stalin mendapatkan Penghargaan Pulitzer di tahun 1932. Hingga hari ini, penghargaan itu tak kunjung dicabut.
Duranty akhirnya dianggap sebagai the originator of fake news. Perang dingin antara Jones dan Duranty mengingatkan kembali bahwa jurnalis bekerja bukan untuk mencari keuntungan pribadi. Dari kedua sosok ini siapa saja bisa menilai dan mengambil pelajaran.
Jones dan Orwell tak pernah bertemu secara langsung. Tak ada catatan yang menyebutkan pertemuan kedua sosok tersebut. Sebab mengapa Orwell menulis Animal Farm bisa jadi tak berkorelasi dengan peristiwa yang dilaporkan Jones.
Seno Gumira Ajidarma mengatakan, apabila alam pikiran seorang sastrawan dibunuh oleh kekuasaan, kebenaran akan menitis ke kepala sastrawan lain. Orwell dan Jones, keduanya saling terkait. Orwell secara tak langsung melanjutkan pekerjaan Jones. Ia secara sadar mengabarkan pada publik mengenai peristiwa melalui karya sastra.
Secara garis besar, Animal Farm menyuguhkan rangkaian peristiwa secara runtut. Namun, beberapa detail dari kejadian sengaja dikaburkan oleh pengarang, entah untuk motif apa hal itu dilakukan. Pembaca diharuskan memahami konteks sejarah untuk mendalami cerita secara utuh.
Seturut dengan tema dan gaya yang disajikan, karya-karya Orwell banyak menunjukkan sisi distopia suatu pemerintahan. Pembaca mau tak mau membekali diri dengan pengetahuan cukup untuk melihat dan mengaitkan peristiwa dalam teks dengan kondisi riil.
Faza Nugroho
Editor: Dhea Novia Utami