Ekspresionline.com–Selasa (18/02/2020), dilakukan aksi penolakan kedatangan Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan dalam acara Government Gathering on Good and Green Governance 2020 yang bertempat di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Aksi ini dilakukan oleh sekelompok massa yang tergabung dalam Aliansi UMY Bergerak.
Muhammad Fikri Koordinator Umum Aliansi UMY Bergerak, menyatakan aksi ini dilatarbelakangi oleh anggapan bahwa Ganjar dan Anies mempunyai rekam jejak yang buruk perihal ekologi di daerahnya masing-masing melalui berbagai paket kebijakan yang dikeluarkan.
“[Pertama], karena kami mengganggap mereka berdua [Ganjar dan Anies], merupakan penjahat lingkungan. Kedua, memberikan pelajaran bagi UMY bahwa mengundang penjahat lingkungan dalam lingkungan akademis merupakan kejahatan intelektual. Yang ketiga, ingin mengkampanyekan kepada masyarakat luas bahwa mereka berdua adalah penjahat lingkungan,” tandas Fikri, Minggu (23/2/2020).
Berdasarkan hasil kajian dari Aliansi UMY Bergerak, Ganjar bermasalah dengan konflik pembangunan Bendungan Bener di Purworejo, pembangunan pabrik PT Semen Indonesia di Rembang, konflik lahan antara warga lokal dengan TNI di Urut Sewu, serta pencemaran lingkungan oleh PT Rayon Utama Makmur di Sukoharjo. Sedangkan Anies dianggap bermasalah dengan polemik reklamasi Teluk Jakarta, naturalisasi serta normalisasi sungai, dan peliknya konflik Pulau Pari.
Melalui hasil kajian yang dilakukan terhadap Ganjar dan Anies tersebut, maka Aliansi UMY Bergerak mengajukan beberapa tuntutan. Pertama, menolak pejabat penjahat lingkungan hidup dan penindas rakyat datang ke Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Kedua, menuntut Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo untuk menyelesaikan persoalan lingkungan hidup dan agraria. Ketiga, mendesak Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo untuk berpihak kepada masyarakat kecil, bukan kuasa modal. Keempat, menuntut pemberhentian proyek pembangunan yang merugikan rakyat dan merusak lingkungan hidup. Yang terakhir, mengancam keras gubernur yang tidak jujur dan tidak responsif terhadap keluhan dan laporan warganya.
Pemberian Rapor Merah
Dalam acara yang dilaksanakan di Sportorium UMY itu, Ganjar Pranowo sebagai pembicara diberi rapot merah oleh Muhammad Iqbal Khatami selaku Presiden BEM UMY. Pemberian rapor tersebut dilakukan di atas panggung setelah pemaparan materi yang dilakukan Ganjar.
Adapun Anies Baswedan tidak hadir dalam acara tersebut, sehingga pembicaraannya dilakukan melalui telekonferensi. Fikri juga mengatakan bahwa rencananya rapot merah akan diberikan kepada Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Namun, karena Anies tidak hadir dalam acara itu, maka rapot merah hanya diberikan pada Ganjar.
“Ya, kalau Anies datang, keduanya dikasih. Anies pada waktu itu via teleconfrence. Sekali lagi kami tegaskan bahwa aksi kemarin bukanlah aksi politis, karena memang keduanya jahat sama lingkungan,” imbuh Fikri.
Dugaan Cari Panggung
Setelah aksi selesai dilaksanakan, keluarlah rilis pers dari Aliansi UMY Bergerak yang menyatakan adanya permasalahan saat aksi berlangsung. Dari rilis pers itu dinyatakan beberapa poin yang dinilai telah mencederai kesepakatan yang dibuat.
Adapun poin dari rilis pers Aliansi UMY Bergerak adalah:
- Terdapat narasi yang mengkerdilkan Aliansi UMY Bergerak yang dilakukan oleh BEM SI di media atas pernyataan yang disampaikan oleh Koordinator Wilayah BEM SI Jateng-DIY yang bernama Bayu Septian.
- Bayu Septian selaku Koordinator BEM SI wilayah Jateng-DIY melakukan wawancara secara sepihak dengan jurnalis sehingga dalam narasi di media-media namanya selalu terkesan sebagai sosok yang menginisiasi gerakan aksi tersebut.
- Politik wacana yang di mainkan oleh BEM SI melalui koordinatornya yang hanya fokus mengangkat kasus yang dilakukan oleh Ganjar Pranowo dan tidak mengangkat kasus Anies Baswedan padahal pada kesepakatan konsolidasi Aliansi UMY Bergerak telah disepakati bahwa Aksi ini fokus dan konsisten untuk menolak kedatangan kedua gubernur penjahat lingkungan dan kemanusiaan.
Perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) koordinator wilayah Jateng-DIY Bayu Septian, sekaligus Ketua BEM KM UNY, merupakan bagian dari Aliansi UMY Bergerak dianggap melakukan tindakan di luar kesepakatan.
Fikri menjelaskan bahwa dalam konsolidasi pra-aksi, BEM SI telah menyatakan kesediaannya untuk melebur dalam Aliansi UMY Bergerak pada aksi ini.
“Jadi intinya BEM SI itu menyatakan mengikut dengan Aliansi UMY Bergerak dan tidak menggunakan nama BEM SI sama sekali. Dan berdasar apa yang disepakati di forum [konsolidasi], BEM SI mengikuti kami, termasuk konferensi pers,” tuturnya saat diwawancarai via WhatsApp.
Bayu Septian sendiri telah mengonfirmasi hal tersebut. “Iya, BEM SI gabung ke dalam Aliansi UMY Bergerak,” ujarnya, Minggu (23/2/2020).
Selain itu, Fikri juga menjelaskan bahwa wawancara yang dilakukan antara Bayu dan media massa merupakan merupakan tindakan yang menyalahi kesepakatan saat aksi berlangsung.
“Adanya wawancara ilegal yang dilakukan [oleh Bayu]. Sedangkan sesi wawancara harusnya ada di konferensi pers,” jelas Fikri.
Fikri menyayangkan tindakan Bayu yang tidak dilakukan berdasarkan forum yang melibatkan seluruh anggota aliansi. Ia menambahkan, “Nah, Bayu ini tidak melakukan hal tersebut, sehingga kami tidak mengerti kalau ternyata ada wawancara. Padahal, harapan kami yang di forum, wawancara ada di konferensi pers.”
Menanggapi hasil rilis pers tersebut, Bayu mengatakan, “Itu sebabnya gara-gara pas aksi, ada wartawan pengen wawancara singkat. Saya, ada juga di samping saya anak persma [pers mahasiswa] UMY, kami ngasih keterangan general aja mengenai aksi tersebut. Alasannya biar wartawan nggak kehilangan momentum. Lagi pula saya juga nggak ngomong banyak. Waktu pengen ditanya rincinya, saya nyebutin ke wartawan, ‘Nanti kalau mau jelasnya kami akan ngadain konferensi pers jam 17.00’.”
Fikri, sebagai perwakilan Aliansi UMY Bergerak tidak dapat menerima kejadian ini. “Karena pada akhirnya beberapa media mainstream yang meliput di sana lebih terfokus pada Bayu dan BEM SI korwil DIY-Jateng. Seakan-akan BEM SI yang menginisiasi aksi tersebut. Ditambah lagi, pada akhirnya konferensi pers batal dilaksanakan.”
Konferensi pers yang direncanakan Aliansi UMY Bergerak batal dilaksanakan karena wartawan-wartawan media massa beranggapan bahwa data-data yang dibutuhkan untuk publikasi telah didapat dari sesi diskusi dan wawancara singkat yang dilakukan di dalam Sportorium UMY.
Hal senada juga didapat dari wawancara tim Ekspresi bersama Bayu Septian. Bayu menyatakan bahwa ia sudah mengarahkan wartawan yang mewawancarainya untuk mendapatkan informasi detail dari konferensi pers yang akan dihelat nantinya. Namun, pada saat itu, wartawan merasa sudah mendapatkan data yang dibutuhkan.
Di samping itu, Bayu mengakui kesalahannya telah memberikan jawaban sepihak dari wawancaranya kepada wartawan, yang seharusnya dilakukan di acara konferensi pers. “Tapi saya ngasih jawaban yang nggak spesifik kok. Tujuannya biar wartawan nggak kehilangan momen aja,” ujar Bayu.
Hal lain yang dianggap telah mencederai kesepakatan aliansi adalah karena BEM SI—melalui koordinator wilayahnya—hanya fokus mengangkat kasus yang dilakukan oleh Ganjar Pranowo.
“Dugaan kami begitu karena BEM SI hanya menyoroti kasus Ganjar saja, sedangkan kami jelas menolak keduanya begitu,” balas Fikri.
Untuk poin kedua dalam rilis pers pasca-aksi tersebut, Bayu mengatakan bahwa BEM SI belum melakukan kajian secara komprehensif terhadap permasalahan lingkungan hidup dan tata ruang yang dilakukan Anies.
“Kedua aliansi [sebenarnya] bikin [kajian], kalo BEM SI fokus ke Jawa Tengah, jadi ke Pak Ganjar. Yang Aliansi UMY Bergerak ke Pak Anies dan Pak Ganjar,” tanggap Bayu.
Berujung Permintaan Maaf
Selang beberapa hari pasca dikeluarkannya rilis pers oleh Aliansi UMY Bergerak, diadakan pertemuan antara BEM-KM UNY dan seluruh perwakilan BEM Fakultas UNY. Pertemuan tersebut dilakukan karena Bayu juga menjabat sebagai Ketua BEM KM UNY.
Menurut Gilang Sinata Era, Kadep Karispol BEM FMIPA UNY, pertemuan tersebut menyepakati penyelesaian polemik tersebut lewat jalur damai.
“Dalam pertemuan tersebut, disepakati adanya “perdamaian” antara pihak personal dengan perwakilan UMY Bergerak. Output-nya berupa permintaan maaf dari pihak terkait mengenai permasalahan tersebut,” kata Gilang, Minggu (23/2/2020).
Gilang juga mengatakan bahwa dalam pertemuan malam itu turut hadir pihak dari Aliansi UMY Bergerak. Namun, pembahasan antara BEM-KM UNY dan Aliansi UMY Bergerak dilakukan terlebih dahulu sebelum forum dengan BEM Fakultas. “Untuk pertemuan kemarin, penjelasan Bayu ke UMY [Bergerak] berbeda forum dengan kami. Setelah forum selesai, baru Bayu menjelaskan ke kami. Yang kami tangkap dia menjelaskan perihal miskomunikasi dan salah paham saja.”
Selain itu, pertemuan tersebut juga menyepakati bahwa BEM Fakultas UNY tidak terlibat dalam aksi yang dilakukan. “BEM fakultas yang hadir, di antaranya BEM Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, BEM Fakultas Ilmu Sosial, BEM Fakultas Ekonomi, serta BEM Fakultas Teknik, mengambil sikap untuk membuat nota kesepemahaman atau press release serentak dengan BEM-KM. BEM Fakultas Ilmu Pendidikan, BEM Fakultas Bahasa Seni, serta BEM Fakultas Ilmu Keolahragaan berhalangan untuk hadir. Press release tersebut intinya memuat bahwa kami dari BEM Fakultas tidak terlibat dalam konsolidasi maupun aksi.”
Kesepakatan dari pertemuan tersebut diunggah dalam akun Instagram BEM-KM UNY. Di unggahan terebut dijelaskan mengenai kronologi yang terjadi pada saat aksi Ekologi Dikorupsi: Rapor Merah untuk Ganjar serta penegasan bahwa polemik tersebut telah diselesaikan melalui jalur kekeluargaan.
Rizqi Rahmanadi
Editor: Fiorentina Refani
Reporter: Abdul Hadi, Andra Arivianda Putra, Rizqi Rahmanadi, Fajar Yudha Susilo