Ekspresionline.com–Ribuan rakyat turun ke jalan untuk menyuarakan keprihatinan atas kondisi demokrasi di Indonesia dengan memadati sepanjang jalan Malioboro, Yogyakarta, pada Kamis (23/08/2024). Salah satu elemen masyarakat yang tergabung dalam demonstrasi bertajuk “Jogja Memanggil” ini adalah mahasiswa dari perguruan tinggi di Yogyakarta.
Tak hanya atas keinginan pribadi, beberapa mahasiswa juga bergabung karena terdapat kontribusi dosen untuk mengizinkan mahasiswanya turun ke jalan. Salah satunya adalah Iin, mahasiswa UNY Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum (PKNH), yang memperoleh izin dari dosennya untuk mengikuti aksi, bahkan mendapatkan konversi nilai. Iin menunjukkan pesan singkat yang berisi tangkapan layar sebuah status WhatsApp dari Fathurrahman, salah seorang dosen PKNH.
“Ini bukan himbauan, mahasiswa yang semester ini mengambil mata kuliah saya silahkan dokumentasikan kalau ikut aksi dan turun ke jalan,” tulis Fathurrahman, dosen PKNH UNY, dalam statusnya. “Akan saya apresiasi dan konversikan dalam bentuk mata kuliah.”
Dalam tangkapan layar tersebut, Fathurrahman juga menjelaskan alasannya memberikan izin mahasiswa untuk berdemonstrasi. “Karena Anda tidak hanya belajar teori, karena yang dibutuhkan adalah Anda peduli pada ‘kesehatan’ dan keberlangsungan demokrasi negara ini,” tulisnya.
Untuk mengikuti demonstrasi, Iin meminta tolong temannya untuk menyampaikan izin tidak mengikuti perkuliahan kepada dosen pengampu mata kuliah microteaching. Respons yang didapatkannya positif. Ia diminta untuk langsung menghubungi dosen tersebut dan mengirimkan bukti mengikuti aksi.
“‘Nanti saya anggap masuk,’ begitu,” ujar Iin menirukan pesan dari dosennya.
Di samping Iin, terdapat pula Antik, seorang mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah (PLS) UNY. Hari itu terdapat tiga mata kuliah yang mengharuskan ia ke kampus. Di kampus, dosen pengampu mata kuliah Ketahanan Keluarga, Arif Wijayanto, mempersilahkan mahasiswanya izin untuk berdemonstrasi. Setelah mengikuti kelas selama 30 menit, Antik pun memutuskan untuk izin mengikuti aksi.
“Awalnya dia bertanya, ‘Kok hari ini enggak ada yang izin demo?’. Lalu bertanya, ‘Hari ini ada yang mau demo, enggak?” ujar Antik menirukan dosennya.
Antik seorang diri meninggalkan kelasnya. Di sesi kelas berikutnya, terdapat beberapa kawannya yang mengikuti jejak Antik meninggalkan kelas untuk bergabung pada aksi yang ada.
Bentuk Dukungan Kepada Mahasiswa
Untuk mengetahui alasan beberapa dosen mengizinkan mahasiswanya berdemonstrasi, Ekspresi menghubungi Fathurrahman dan Arif. Menanggapi situasi politik di Indonesia, Fathur menilai kondisi perpolitikan di Indonesia belakangan sedang tidak ideal. Ia menyoroti ketidakberimbangan antara koalisi pro pemerintah dengan oposisi.
“Sekarang ini Koalisi Indonesia Maju [kubu yang dekat dengan presiden] terlalu besar, sehingga cenderung sulit untuk bisa diimbangi oleh pihak oposisi. Jika koalisi pemerintahan terlalu besar itu maka cenderung rawan untuk di salah gunakan,” ujar Fathurrahman saat diwawancarai Ekspresi, Senin (26/08/2024).
Fathurrahman memberikan contoh kasus seperti pencalonan Gibran Rakabuming Raka, anak Presiden Jokowi, menjadi wakil presiden. Ia juga menyoroti kemungkinan Kaesang Pangarep, anak bungsu Presiden Jokowi, yang akan menjadi bakal calon kepala daerah. Menurutnya, kedua kasus tersebut merupakan wujud kekuatan pengaruh politik presiden Jokowi untuk mengamankan kekuasaannya di masa yang kan datang. Padahal, tuturnya, praktik semacam ini lekat akan nepotisme.
Dosen PKNH tersebut sebenarnya telah melihat fungsi DPR selaku badan legislatif sebagai penampung aspirasi masyarakat belum berjalan dengan baik. Karena kondisi tersebut, masyarakat harus berdemo untuk memberikan aspirasinya.
“Ya sebetulnya tidak akhir-akhir ini, sejak 10 tahun yang lalu pun DPR masih belum berfungsi dengan baik, tetapi tidak se-kelewatan ini,” ujar Fathurrahman.
Melihat situasi yang politik yang tak terkendali, sebagai dosen ia memiliki cara sendiri untuk merespon kondisi saat ini. Kontribusinya adalah sebuah dorongan lewat stimulus nilai tambah jika mahasiswanya mengikuti demonstrasi yang diadakan Kamis lalu. Tetapi, ia juga tak melupakan mahasiswa yang tak ingin mengikuti unjuk rasa, ia tetap memberikan pembelajaran kepada mahasiswanya di kelas.
“Kalau [mahasiswa] tidak ikut demo, silahkan, kita masuk kelas dan mengobrol, tidak masalah. [Mahasiswa] yang ikut demo tidak akan saya permasalahkan atau persulit, dan yang di kelaspun tidak akan saya kucilkan, karena [tiap] orang punya keputusannya masing masing,” terangnya.
Menurutnya, demonstrasi merupakan bagian dari praktik perkuliahan. Ia pun menambahkan, di dalam perkuliahan mahasiswa tak hanya memperoleh teori tetapi juga praktik yang mana nantinya akan dipergunakan di masyarakat.
“Landasannya terhadap masyarakat adalah anda harus punya kepedulian dan kepekaan atas isu isu sosial yang ada di masyarakat. Kalau isu sebesar ini saja Anda tidak peduli, bagaimana Anda berkontribusi kepada masyarakat?” ujarnya.
Fathurrahman beranggapan bahwa mahasiswa merupakan pihak yang cocok untuk berkontribusi dalam menyuarakan hak masyarakat. Pasalnya, mahasiswa masih terbebas dari kepentingan dan memiliki ideologi yang lebih tajam. Meskipun demikian, ia juga menekankan bahwa demonstrasi hanyalah salah satu metode untuk menyuarakan pendapat dan masih ada banyak cara lain yang dapat dilakukan.
Hampir senada pernyataan Fathurrahman, Arif Wijayanto juga menilai bahwa kondisi negara memang sedang tidak baik-baik saja. Ia menambahkan bahwa banyak masyarakat mengharapkan mahasiswa untuk merespon kondisi perpolitikan saat ini.
“Kalau dilihat dari pergerakan mahasiswa kemarin sudah cukup peka dan berani dalam menyuarakan pendapat,” ujar Arif melalui WhatsApp kepada Ekspresi, Senin (26/08/2024)
Arif berpendapat bahwa sudah seharusnya akademisi berada di tengah masyarakat untuk melindungi hak hak masyarakat. Ia menganggap aksi kemarin sudah cukup untuk dapat mengubah kebijakan.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan mahasiswa untuk merespons situasi politik di Indonesia. ”[Mahasiswa dapat] membuat diskusi rutin terkait kondisi sosial-politik dan harus belajar untuk merespons dengan benar isu yang sedang berkembang,” terangnya.
Arif berpesan agar gerakan mahasiswa tidak dilakukan secara sembarangan. “Keberanian mahasiswa harus dilandasi oleh argumentasi yang benar dan berpihak pada kepentingan masyarakat secara umum,” pungkasnya.
Aldino Jalu Seto
Reporter: Aldino Jalu Seto, Nugrahani Annisa
Editor: Nugrahani Annisa