Judul film : Home Sweet Loan
Tahun rilis : 2024
Genre : Drama
Asal negara : Indonesia
Sutradara : Sabrina Rochelle Kalangie
Produksi : Visinema Pictures
Ekspresionline.com–Film Home Sweet Loan, adaptasi dari novel karya Almira Bastari, ramai diperbincangkan sejak penayangannya pada 26 September 2024. Popularitas film garapan Visinema Pictures yang disutradarai oleh Sabrina Rochelle Kalangie, mencerminkan keprihatinan masyarakat terhadap isu yang diangkat, yaitu kesulitan kelas menengah untuk memiliki rumah di tengah tingginya harga properti.
Pengemasan alur cerita sangat dekat dengan kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama penghuni masyarakat Kota Jakarta. Film ini menyentuh permasalahan relevan yang dihadapi oleh masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah terkait dengan program Tapera (Tabungan Perumahan Rakyat).
Pemerintah Provinsi DKI (Daerah Khusus Ibukota) Jakarta memegang peran kunci dalam pembangunan rusun, mulai dari penyediaan lahan, pendanaan, hingga pengawasan pelaksanaan proyek. Pemilihan pemimpin yang peka terhadap tantangan ini, termasuk isu finansial dan krisis hunian menjadi sangat penting. Pemimpin yang peka akan memprioritaskan pembangunan perumahan terjangkau, mengawasi program Tapera, dan mendorong kebijakan yang melindungi masyarakat dari eksploitasi di sektor properti.
Kelas menengah, seperti karakter Kaluna dalam film, seringkali dianggap mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, termasuk mencari dan membeli rumah. Padahal, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja rasanya sulit. Harga rumah yang tidak masuk akal, khususnya di wilayah ibu kota malah semakin memperparah situasi.
Jakarta sebagai kota yang terus tumbuh dan menjadi tujuan para perantau membutuhkan solusi yang komprehensif. Urgensi penyelesaian krisis perumahan di Indonesia tidak dapat lagi diabaikan. Gubernur sebagai pemimpin daerah memiliki tanggung jawab besar untuk mencari strategi yang efektif dan berkelanjutan untuk mengatasi krisis hunian di wilayahnya.
Salah satu strategi adalah memberikan subsidi uang muka atau down payment (DP) rumah kepada kelas menengah melalui Peraturan Daerah (Perda). Misalnya, program DP Rp0 (nol rupiah) di Jakarta meskipun kontroversial menunjukkan potensi subsidi DP dalam meningkatkan aksesibilitas perumahan. Keringanan pajak dapat diberikan kepada pengembang yang membangun rumah murah sehingga mempermudah pembeli rumah pertama.
Selain subsidi langsung, gubernur juga dapat mendorong penyediaan perumahan terjangkau melalui Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dengan BUMN dan pengembang swasta. Dengan memfasilitasi penyediaan perumahan bagi kelas menengah dan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), gubernur dapat mendorong pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Penanganan krisis perumahan memerlukan tindakan nyata dan terukur, di mana kolaborasi dan inovasi menjadi kunci keberhasilan dalam menciptakan perumahan yang terjangkau dan layak huni bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan komitmen dan strategi yang terukur dari gubernur terpilih.
Pemilihan gubernur saat ini menjadi momentum penting untuk memilih pemimpin yang berkomitmen menyelesaikan masalah finansial dan krisis hunian yang dihadapi masyarakat, serta memiliki visi yang jelas untuk mewujudkan akses perumahan yang layak.
Sinopsis
Menjelang pemilihan gubernur, film Home Sweet Loan memberikan gambaran nyata tentang tantangan akses perumahan yang dihadapi banyak warga, seperti yang dialami Kaluna dalam ceritanya.
Film berdurasi 112 menit ini secara garis besar mengisahkan tentang Kaluna, seorang pegawai kantoran biasa sekaligus anak bungsu dari keluarga menengah yang bermimpi memiliki rumah, tetapi harus dihadapkan dengan berbagai tantangan hidup. Kaluna tinggal di rumah sederhana bersama orang tuanya, dua kakaknya yang sudah menikah, dan keponakannya.
Kondisi rumah yang sempit membuat Kaluna sulit mendapatkan ruang ketenangan pribadi. Setiap kali pulang, Kaluna merasa rumah yang ditempati bukan lagi tempat yang memberikannya kenyamanan. Oleh karena itu, Kaluna mempunyai keinginan besar untuk membeli rumah sendiri sebelum menikah.
Seperti generasi sandwich lainnya, Kaluna tidak hanya mempertimbangkan kebutuhan dirinya sendiri. Sebagai anak bungsu, ia selalu mengalah dan menjadi tumpuan dalam keluarga. Kaluna menanggung beban berat sebagai tulang punggung keluarga. Seringkali ia yang harus membayar token listrik dan mengurus pekerjaan rumah walaupun dalam keadaan lelah selepas pulang bekerja.
Di tengah tingginya harga properti di Jakarta, gajinya yang pas-pasan tidak mencukupi untuk membeli rumah. Meskipun begitu, ia pantang menyerah. Kaluna berusaha menabung dengan cara mengurangi semua pengeluarannya, mencari pekerjaan sampingan, bahkan mencoba mencari pinjaman dari kantor untuk mewujudkan mimpinya.
Akan tetapi, di tengah perjuangannya, Kaluna dihadapkan pada situasi keluarganya yang mengalami krisis keuangan lebih parah dari yang ia duga, akibat ulah dari salah satu kakaknya. Kebutuhan mendesak tersebut membuatnya harus memilih antara tetap mengejar mimpinya atau membantu keluarganya yang terlilit hutang.
Sinematografi
Film Home Sweet Loan tidak hanya menyampaikan cerita yang mendalam tentang perjuangan Kaluna, tetapi juga memanfaatkan sinematografi yang efektif untuk memperkuat narasi. Dari perspektif Kaluna, penonton dapat merasakan perjalanan emosionalnya. Saat kamera menangkap sudut pandang Kaluna, penonton merasa terhubung oleh cerita, seakan mereka menjadi bagian dari perjalanan tersebut.
Melalui pergerakan kamera yang dinamis dan framing yang tepat, Home Sweet Loan berhasil menggambarkan kelelahan dan tantangan hidup di Jakarta. Penonton tidak hanya menyaksikan cerita, tetapi juga merasakan emosi yang mendasarinya, menciptakan pengalaman yang mendalam dan relatable bagi banyak orang yang menghadapi kenyataan serupa.
Soundtrack
Home Sweet Loan juga dibuat dengan sentuhan khas dari Visinema Pictures. Salah satu ciri yang mudah dikenali adalah penggunaan lagu-lagu bernuansa folklor sebagai musik latar. Mirip film drama Visinema lainnya, film ini secara konsisten memutar lagu-lagu sendu untuk memperkuat emosi adegan semakin mengesankan.
Pilihan lagu-lagunya didominasi musisi seperti Idgitaf, Maudy Ayunda, Nadin Amizah, Salma Salsabil, Ghea Indrawari, Suara Kayu feat. Feby Putri, dan Aviwkila sangat mencerminkan gaya Visinema. Kurasi lagu dalam OST (Original Soundtrack) Home Sweet Loan benar-benar sesuai dan mampu menggambarkan cerita serta perasaan Kaluna dengan baik.
Film ini memang menyampaikan banyak pesan, tetapi sayangnya pada bagian akhir cerita terasa dieksekusi dengan tergesa-gesa. Hal ini terlihat dari kisah cinta Kaluna yang berjalan lancar malah terkesan dipaksakan di bagian akhir film. Namun, itu bukan masalah besar karena film ini tetap menarik untuk ditonton, terutama bagi mereka yang merasa lelah menjalani kehidupan.
Desta Yunda Dewanti
Editor: Antasya Mahaditya Islami