Ekspresionline.com–Kesejahteraan psikologis mahasiswa merupakan poin substansial yang mampu mempengaruhi berbagai aspek kehidupan di universitas, terutama prestasi belajar. Tentu pihak universitas sudah selayaknya memberikan perhatian khusus untuk isu ini.
Seperti yang diketahui, ada banyak hal yang mampu memicu ketidaksejahteraan atau gangguan mental di lingkungan universitas. Mulai dari problematika akademik seperti stres belajar atau non-akademik seperti masalah sosial dan ekonomi. Hal-hal itu mampu menjadi penyebab buruknya kesehatan mental mahasiswa.
Menanggapi hal tersebut, sejak tahun 1976, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) telah membentuk sebuah lembaga yang memiliki tugas pokok untuk mewujudkan kesejahteraan mental bagi civitas akademika Universitas Negeri Yogyakarta.
Lembaga tersebut bernama Unit Layanan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Yogyakarta (ULBK UNY). Dilansir dari video perkenalan singkat ULBK UNY di YouTube, unit ini bekerja sama dengan beberapa pihak, yaitu delapan belas konselor dan psikolog yang berasal dari UNY, lembaga pemerintah dan swasta, sekolah-sekolah, perusahaan, serta perbankan untuk menyelenggarakan layanan psikologis dan pelatihan pengembangan diri.
ULBK UNY sebagai garda terdepan peningkatan kesejahteraan psikologis civitas akademika punya langkah-langkah tersendiri demi mewujudkannya. ULBK UNY memberikan empat layanan yang meliputi layanan bimbingan, layanan konseling, layanan tes psikologis, serta layanan pelatihan dan pengembangan karakter/kepribadian. Selain itu, mempertimbangkan kondisi pandemi beberapa tahun lalu, layanan konseling individual dapat dilakukan secara tatap muka maupun daring melalui berbagai platform.
Pada dasarnya, langkah UNY dalam upaya mewujudkan kesejahteraan mahasiswa sudah pada jalan yang benar. Meski demikian, kami dari tim Litbang LPM Ekspresi telah mengadakan survei guna mencari tahu seberapa jauh pengetahuan mahasiswa terkait ULBK UNY. Hasilnya, kami menemukan beberapa poin menarik.
Survei ini dilaksanakan pada 24 April-26 Mei 2023 dengan melibatkan mahasiswa S1 dan D4 UNY yang merupakan perwakilan dari delapan fakultas di UNY (FEB, FIKK, FBSB, FIPP, FISHIPOL, FMIPA, FT, dan FV). Terhitung sebanyak 156 mahasiswa telah mengisi angket daring bermedia Google Forms. Menurut data dari laman resmi PdDikti, mahasiswa aktif S1 dan Vokasi UNY pada 2023 berjumlah 41.352 mahasiswa. Tim Litbang kemudian melakukan metode perhitungan sampel menggunakan rumus Slovin, dengan margin eror sebesar 8% dari keseluruhan responden.
Dari keseluruhan responden, FBSB dan FIPP menjadi dua fakultas dengan responden paling banyak, sedangkan perwakilan responden dari FV dan FT adalah yang paling sedikit.
Mahasiswa Menyadari Pentingnya Kesehatan Mental
Berdasarkan data, sebanyak 107 mahasiswa menilai ULBK UNY sebagai lembaga yang penting keberadaannya. Di sisi lain, sebanyak 44 mahasiswa tidak terlalu menganggap keberadaan ULBK UNY adalah bagian yang signifikan di kampus. Bahkan, ada 5 orang yang kurang menganggap lembaga tersebut penting bagi UNY. Artinya, jika dilihat secara mayoritas, mahasiswa sudah cukup menyadari pentingnya kesejahteraan psikologis, terutama bagi dirinya sendiri.
“Berdasarkan pengalaman, terbukti, berangkat dari dosen yang merekomendasikan ketika belajar di kelas, lama kelamaan mahasiswa banyak mendaftar layanan ini. Sampai saat ini jadwal antriannya panjang karena banyak yang mendaftar. Bisa disimpulkan bahwa sebetulnya layanan ini sangat diperlukan dan sangat berguna bagi mahasiswa,” ujar Shalsa Aliza, mahasiswi FIPP yang pernah mencoba salah satu layanan ULBK UNY.
Menurutnya, keberadaan ULBK UNY memang cukup substansial bagi mahasiswa. Dirinya menyayangkan prosedur pelayanan yang cukup memakan waktu karena sumber daya manusia di dalam lembaga tersebut tidak cukup memadai untuk mampu secara efektif memfasilitasi seluruh civitas akademika.
Antusiasme Mahasiswa pada ULBK UNY
Pada dasarnya, sebagian besar mahasiswa cukup tertarik pada layanan bimbingan dan konseling di ULBK UNY. Dalam artian, hampir 90% dari mereka pada akhirnya akan memanfaatkan fasilitas tersebut jika secara psikologis mengalami kesulitan dalam perkuliahan. Mereka akan cenderung memilih ULBK UNY terlebih dahulu daripada layanan konseling lainnya. Antusiasme mahasiswa cukup besar pada ULBK UNY.
Salah satu pertimbangannya adalah masalah tarif. “Karena mahasiswa memerlukan ruang yang memadai terkait keluh kesah perkuliahan dan kehidupannya. Untuk ke psikolog/psikiater pasti memerlukan biaya yang cukup mahal. Maka dari itu, UPT LBK sangat diperlukan keberadaannya bahkan kalau bisa diperluas cakupannya agar dapat menjangkau khalayak yang lebih banyak. Walaupun memang mungkin keefektifannya mungkin kurang, tetapi setidaknya bisa membantu meluapkan apa yang menjadi keresahan mahasiswa,” tulis Argalita, mahasiswa FBSB angkatan 2022 dalam survei yang disebar oleh LPM Ekspresi.
Mahasiswa Tidak Tahu Ada ULBK UNY
Persentase mahasiswa yang tertarik dan yang mengetahui tidaklah sepadan. Jika dibandingkan dengan diagram sebelumnya, mahasiswa yang antusias dengan layanan ini sebanyak 140 orang. Akan tetapi, ternyata tidak semuanya benar-benar mengetahui ULBK UNY, yaitu hanya 111 orang. Artinya, sebanyak 29 orang cenderung tertarik pada layanan ini, hanya saja mereka tidak mengetahui bahwa kampus mereka punya fasilitas penunjang kesejahteraan mental bernama ULBK UNY.
Selama beberapa tahun berlangsungnya pembelajaran daring dan hybrid, promosi dan sosialisasi ULBK UNY dilakukan ketika PKKMB. Bentuknya adalah melalui video yang wajib ditonton ketika kegiatan Pembinaan Soft Skills bagi Mahasiswa Baru. Faktanya, cara tersebut kurang efektif. Banyak mahasiswa yang justru mendapatkan informasi terkait ULBK UNY bukan melalui proses PKKMB. Sebanyak 66 orang mendapatkan informasi dari proses “mulut ke mulut”, yakni melalui dosen, teman, atau bahkan melalui pengisian survei ini.
Pasalnya, kegiatan Pembinaan Soft Skills bagi Mahasiswa Baru tersebut hanya berupa video perkenalan yang diposting bersama video perkenalan lembaga-lembaga UNY di bidang lain. Sistem tersebut menjadi salah satu penyebab ketidakefektifan sosialisasi dari ULBK UNY karena informasi yang didapat mahasiswa menjadi terlalu padat.
Pada dasarnya, sumber informasi utama ULBK UNY berasal dari laman https://upt-lbk.uny.ac.id/. Laman ini memuat keterangan terkait profil, kegiatan yang dilaksanakan ULBK UNY, jenis layanan yang ditawarkan, serta prosedur pelayanannya.
Melalui hasil survei, sebanyak 67% dari seluruh mahasiswa yang pernah mengunjungi laman ULBK UNY menganggap laman tersebut tidak terlalu informatif atau biasa saja. Artinya, mahasiswa tidak menganggap laman tersebut bisa benar-benar membantu mereka untuk mengakses layanan-layanan yang disediakan ULBK UNY.
Evaluasi bagi Lembaga
UNY telah membentuk lembaga ULBK UNY dengan usaha yang maksimal, bahkan hingga bekerja sama dengan berbagai pihak di luar UNY itu sendiri. Dengan didirikannya ULBK UNY, kesejahteraan mental mahasiswa yang secara tidak langsung dicita-citakan oleh universitas dapat terealisasi.
“Saya akui UPT LBK memberikan pelayanan sangat baik, konselor juga merupakan ahli di bidangnya. Saya merasa sangat terbantu dalam menyelesaikan masalah yang selama ini sulit untuk saya selesaikan sendiri. Dengan fasilitas ini, saya harap mahasiswa dapat menggunakannya dengan bijak. Banyak mahasiswa yang mungkin masih belum tahu atau tahu tapi lupa atau tidak peduli sepertinya. Saya harap kedepannya mahasiswa bisa memahami setiap fasilitas yang ada di UNY dan menggunakan setiap fasilitas dengan baik,” ungkap Alisya Diva, mahasiswi FIPP yang memiliki pengalaman yang baik ketika menerima layanan.
Bagaimanapun, ULBK tetap perlu memperbaiki sistem promosinya. Ketidakseimbangan tingkat pengetahuan akan keberadaan lembaga dan antusiasme mahasiswa yang tinggi pada ULBK UNY dapat dijadikan evaluasi bagi lembaga ini. Survei kami memberikan gambaran bahwa ULBK UNY memang memerlukan metode sosialisasi yang lebih efektif agar kesejahteraan psikologisnya mahasiswa terjamin oleh kampus, seperti apa yang terkandung di dalam visi ULBK UNY.
Faradella Buraira
Editor: Feninda Rahmadiah