Ekspresionline.com–Masyarakat Wadas yang tergabung dalam Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas (GEMPADEWA) melangsungkan acara halalbihalal dan aksi di lokasi akses tambang quarry pada Rabu (26/04/2023). Aksi ini dilaksanakan sebagai bentuk kecaman warga terhadap Ganjar Pranowo dan berbagai pihak yang terlibat dalam penambangan di Desa Wadas.
Menurut Talabudin, salah satu anggota GEMPADEWA, aksi ini bertujuan untuk menuntut tanggung jawab berbagai pihak yang berkaitan dengan penambangan di Wadas. Terlebih setelah terjadi banjir di desa tersebut akibat pembukaan lahan untuk akses quarry.
“Aksi ini untuk mengingatkan [Ganjar mengenai kasus Wadas] dan menuntut berbagai pihak,” ujar Talabudin pada Ekspresi, Sabtu (29/04/2023). “Apalagi Ganjar mau nyalon capres, jangan sampai dia lupa dengan kasus Wadas maupun Kendeng.”
Tak hanya itu, aksi ini juga memprotes bencana banjir yang terjadi di Wadas pada 25 Maret 2023 lalu yang terjadi akibat pembukaan lahan untuk akses tambang quarry. Tindak lanjut yang diberikan pun dianggap tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang terjadi.
“Banjir kemarin hanya ditindaklanjuti dengan melebarkan saluran air. Padahal jika terjadi banjir lagi, rumah di bawah jalan akses akan lebih parah terdampak, apalagi pembukaan lahan masih sebagian kecil,” terang Talabudin.
Aksi ini dimulai pada pukul 10.00 WIB dengan diawali oleh konvoi dari dusun teratas, lalu dilanjutkan dengan aksi di akses quarry untuk menuntut tanggung jawab atas penambangan dan banjir tempo hari. Setelahnya, massa melakukan konvoi mengelilingi desa. Dalam konvoi tersebut, warga berhenti cukup lama untuk menyampaikan kekecewaan mereka terhadap kepala Desa Wadas yang tengah melakukan open house. Tak hanya itu, kekecewaan juga ditujukan pada mantan ketua GEMPADEWA yang kini telah menjual tanahnya.
Melalui aksi ini, GEMPADEWA menyatakan sikap tegas terhadap Ganjar Pranowo dan pihak yang berkaitan dengan penambangan di Desa Wadas, bahwa:
- Tidak memaafkan Ganjar Pranowo sebagai pemimpin yang telah merusak alam Desa Wadas dan Kendeng;
- Mendoakan Ganjar Pranowo agar segera bertaubat dan eling Ibu Bumi Wadas dan Kendeng;
- Warga Wadas akan terus berkomitmen untuk selalu menjaga alam Desa Wadas tetap lestari;
- Menuntut pemerintah, pemrakarsa, dan Ganjar Pranowo agar tidak melakukan konsinyasi dan intimidasi serta pemaksaan penyerahan tanah terhadap warga Wadas secara sepihak;
- Menuntut Ganjar Pranowo bertanggung jawab terhadap kekerasa pada tanggal 23 April 2021 dan 8 Februari 2022 serta kerusakan alam Desa Wadas sebelum mencalonkan diri menjadi Presiden Republik Indonesia.
Kegiatan ini bukanlah yang pertama kali diadakan. Sebelumnya, GEMPADEWA telah menggelar halalbihalal pada 23 April 2023 sekaligus memperingati dua tahun tindakan represivitas oleh aparat terhadap warga pada 2021 silam. Dua tragedi kekerasan HAM yang terjadi di Wadas, pada tanggal 23 April 2021 dan 8-9 Februari 2022, tidak diusut dengan tuntas oleh Ganjar maupun pihak lainnya.
“Warga [Wadas] telah melaporkan dua kejadian kekerasan yang terjadi di Wadas ke berbagai pihak,” tutur Talabudin. “Tetapi tidak ada tindak lanjut sampai hari ini.”
Tak sampai di situ, paksaan untuk menjual lahan terus dilakukan dengan ancaman jika warga tidak segera menjual tanah akan dilakukan konsinyasi. Sedangkan saat ini, Wadas sedang berada di masa tunggu keberatan atas pengumuman konsinyasi oleh BPN selama 14 hari terhitung sejak 17 April 2023. Warga menyatakan masih kukuh untuk tidak menjual tanahnya dan tidak mau dikonsinyasi.
Fenita Istiqomah
Reporter: Fenita Istiqomah
Editor: Nugrahani Annisa