Ekspresionline.com–Angin berembus menyibak jalanan yang padat oleh para wisatawan di Malioboro, Senin (30/12/2024) siang waktu setempat. Para demonstran yang tergabung dalam Aliansi Jogja Memanggil tengah merapatkan diri di parkiran Jalan Abu Bakar Ali.
Dengan membentangkan berbagai spanduk tuntutan mereka merapatkan diri pada mobil komando. Siang itu berbalut mendung, sedianya pukul 13.00 WIB mereka akan melakukan aksi untuk merespon kenaikan PPN dari 11% ke 12% oleh pemerintah.
“Ya, ini kan aksi pertama, Mas. [Dari aksi] ini, sebenarnya akan ada aksi jangka panjang. Hari ini target massa aksi kita, sebenarnya melakukan edukasi dan kampanye kepada masyarakat yang lebih luas, bahwa hari ini dan besok adalah hari terakhir kita menikmati pajak 11 %,” ujar perwakilan Aksi Jogja Memanggil kepada awak Ekspresi, Senin (30/12/2024).
“Ini juga menjadi momen kita untuk memberitahukan, [juga] memberikan kesadaran bahwa negara kita sedang tidak baik-baik saja, karena membebani pajak dengan angka kenaikan pajak yang baru,” tukas sang narahubung mewakili Aliansi.
Massa yang telah bersiap segera menyambut aba-aba dari mobil komando yang telah disediakan. Deru mobil membalut suara megafon, mengarahkan massa membentuk barisan tiga banjar.
Perlahan, menjelang pukul dua siang, massa bergerak membelah jalanan Malioboro yang saat itu memang padat. Suasana tahun baru, di mana banyak masyarakat menikmati liburan tak menyurutkan para massa aksi untuk menyuarakan tuntutannya.
Demi melihat spanduk dan umbul-umbul diikuti suara orasi, para wisatawan nampak tertarik melihat adanya demonstrasi. Segera mereka merogoh saku dan mengeluarkan ponsel untuk mengabadikan momen tersebut.

Zaenudin, salah satu wisatawan Malioboro saat itu tengah berlibur bersama keluarganya. Ia sangat antusias dan simpatik pada massa aksi hingga ia menjeda waktu santainya untuk menengok jalannya demonstrasi.
Bagi Zaenudin, kenaikan pajak ini sangat tidak tepat dan menyengsarakan. Menurutnya, mau naik sedikit saja pasti akan berdampak besar. Ia berharap, walaupun tidak bisa sepenuhnya diturunkan, tetapi pajak 10% dirasa sudah bagus.
“Sebenarnya, terlalu berat untuk diterima seluruh rakyat Indonesia, karena 10 persen saja menjerit, apalagi dinaikkan 12 persen,” ujar Zaenudin.

Berbagai elemen masyarakat dan mahasiswa berorasi sesaat setelah mereka sampai di gedung DPRD Yogyakarta. Kenaikan pajak nantinya akan berdampak pada berbagai aspek kehidupan mereka. Hujan yang merintih mulai menetesi mereka di siang menjelang sore itu tak membuat semangat para massa aksi tersebut menciut.

Adanya demonstrasi ini memang menjadi waktu yang pas bagi semua masyarakat terdampak untuk menyampaikan keluh kesahnya. Hal ini dikarenakan dalam berbagai sektor, menurut mereka akan mengalami kenaikan imbas dari pajak 12%.
Namun, dilansir dari pajak.go.id laman resmi Dirjen Pajak, kenaikan ini tidak berimbas pada sektor kebutuhan publik. Bahan pokok dan jasa strategis seperti pendidikan, kesehatan, juga transportasi umum akan terbebas dari PPN.
Hal ini berbeda dengan yang dialami Suminah, pedagang asongan di Malioboro. Ia menuturkan bahkan sebelum tarif pajak baru tersebut diberlakukan, kebutuhan pokok sudah naik.
“Ada, Mas, bahan pokok kan [sudah] naik semua. Gula pasir Rp16 ribu kan, sekarang Rp18 ribu,” ujar Suminah pada Ekspresi.
Dengan berpeluh, Suminah menjajakan es teh pada para peserta aksi. Ia menenteng box kotak tempatnya menaruh dagangan yang diikat tali karet, digantungkan di lehernya. Ia berkeliling dan menawarkannya pada satu per satu massa aksi.
Sampai di depan Benteng Vredeburg atau Istana Negara, massa aksi kembali berorasi. Dengan memepet ke sisi timur depan gerbang benteng, mereka berjejal duduk menyimak suara dari megafon.

Terlihat para polisi sibuk mengatur lalu lintas agar tertib melaju, walaupun terjadi demonstrasi. Pihak kepolisian tak memberlakukan rekayasa lalu lintas, mengingat jumlah demonstran yang hanya puluhan orang, sehingga kendaraan tetap dapat melintasi kawasan Malioboro
“Tetap kita layani. Kita memberikan rasa kenyamanan, baik ke peserta aksi maupun masyarakat wisatawan yang berkunjung di Malioboro,” ujar Ari, anggota Polresta Yogyakarta.
“Kita disini dengan melakukan pengamanan aksi penyampaian di tempat umum. Kita memberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya wisatawan yang berada di seputaran kawasan Malioboro,” tukasnya sembari melihat alur kendaraan.

Mendung menggelayut dan air hujan pun bercucuran, beberapa massa Aksi nampak mengenakan mantel hujan. Demonstrasi berpindah ke Titik Nol Kilometer dengan bersamaan iring-iringan kendaraan dari arah utara.
Sampai di lokasi, mereka membuat lingkaran dan kembali berorasi. Kali ini, hujan pergi dan datang silih berganti. Bersamaan dengan saling bergantian para demonstran menyampaikan tuntutan atau sekedar menyampaikan keresahan mereka.
Waktu telah menunjukkan pukul lima sore, para demonstran segera sigap mematuhi arahan dari koordinator aksi. Mereka segera merapat untuk mendengarkan pernyataan sikap.

Dipandu oleh suara gerimis, bait demi bait tuntutan dan kekecewaan pada pemerintah dibacakan. Hal itu menandai aksi demonstrasi telah sampai pada ujungnya.
Massa aksi akan berkumpul kembali pada Selasa (31/12/2024) di Kantor Pajak Yogyakarta, karena selain aksi hari itu, masih akan ada aksi-aksi selanjutnya. Aliansi Jogja Memanggil mengajak masyarakat untuk menuntut penekanan angka pajak dan pemberlakuan pajak bagi orang kaya.
“Ya, pasti sepanjang kenaikan pajak ini belum dibatalkan, kita akan melakukan aksi-aksi penolakan sehingga pajak kita betul-betul ditekan pada angka yang tidak memunculkan ketimpangan baru. Angka pajak yang itu adil untuk rakyat,” pungkas narahubung Aliansi Jogja Memanggil.
Rizqy Amar Saiful
Reporter: Shafa Agvenda, Meira Arta, dan Annisa Fitriana
Editor: Rosmitha Juanitasari