Ekspresionlie.com-Pasca pandemi Covid-19, pelayanan shuttle bus mengalami perubahan pengaturan rute. Berdasarkan pemaparan dari pengelola shuttle bus beserta Staf Sub Bagian Rumah Tangga UNY, Wantuti, kini shuttle bus melayani rute dari kampus wilayah ke kampus pusat.
“Kebetulan kalau kita melayaninya terbalik, kalau dulu kan kita menyediakan shuttle dari sini ke Wates, sekarang nggak. Kita memang tidak boleh melayani mahasiswa yang mau kuliah ke Wates,” jelas Wantuti, Senin (11/12/2022).
Pertimbangannya adalah kegiatan perkuliahan mahasiswa kampus wilayah terpusat di wilayah. Maka fungsi bus difokuskan untuk memfasilitasi mahasiswa yang akan melakukan kegiatan praktikum di kampus pusat dengan laboratorium yang lebih lengkap.
Berkaitan dengan perubahan itu, Ketua Pengelola UNY Kampus Wates, Komarudin menyebutkan ada dua pihak pengelola shuttle bus, yaitu pengelola kampus wilayah dan kampus pusat. Pembagian ini didasarkan pada jenis pelayanan yang diberikan.
“Kami itu [pengelola shuttle bus Wates] hanya melayani perkuliahan yang ke Karangmalang. Selain itu bukan kami, tapi langsung ke Bu Wantuti,” paparnya.
Pengelola kampus wilayah hanya melayani jadwal reguler, yaitu perkuliahan mahasiswa. Sementara itu, pelayanan di luar kegiatan perkuliahan khusus dilayani oleh pengelola kampus pusat.
Komarudin menjelaskan mengenai cara mengakses shuttle bus. Layanan reguler shuttle bus UNY Kampus Wates dapat diakses dengan berkoordinasi langsung kepada pengelola bus, Tusti Handayani.
“Jadi gini, yang reguler ya, itu ketua kelas langsung menghubungi Mbak Tusti,” terangnya.
Mahasiswa yang menggunakan layanan reguler shuttle bus tidak dikenakan biaya. Akan tetapi, terdapat batasan minimal penumpang yaitu lima orang. Ketentuan ini didasarkan pada biaya BBM shuttle bus yang cukup mahal.
“BBM-nya kita bus itu bukan solar biasa dik, karena plat merah, ngga bisa subsidi,” jelas Komarudin.
Di samping itu, tujuan dari adanya batasan minimal penumpang adalah untuk meminimalisir pembatalan penggunaan bus oleh mahasiswa.
“Kadang-kadang mahasiswa itu order 20 orang tapi yang datang cuma 5 bahkan ada yang cuma 2 orang,” keluhnya.
Ia berharap agar tertanam komitmen dan tanggung jawab dari mahasiswa yang akan menggunakan shuttle bus. “Artinya ada semacam kerja samalah sama teman-teman mahasiswa, jangan seenaknya,” tegasnya.
Sementara itu, pelayanan shuttle bus di luar kepentingan perkuliahan dilayani oleh pengelola kampus pusat dan dikenakan biaya tanggungan untuk BBM dan jasa sopir. Ini karena tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dari shuttle bus hanya untuk melayani kegiatan perkuliahan.
“Bus itu, itu adalah untuk mengantar perkuliahan yang paling utama,” papar Komarudin.
Besarnya biaya yang ditanggung disesuaikan dengan lama waktu dan tempat yang dituju. “Sesuai riil aja, maka dari itu, ibu nggak bisa jawab, karena perlu melihat data kisaran biayanya,” papar Wantuti.
Proses yang perlu ditempuh adalah mengajukan surat kepada pengelola bus kampus pusat dengan mengetahui Wakil Rektor II dan Wakil Rektor III yang secara resmi dapat melalui bagian tata usaha.
“Kalau beliau mengizinkan dan tidak tumbukan jadwal dengan yang shuttle, itu silahkan,” jelas Wantuti.
Sementara itu, berkaitan dengan mahasiswa kampus wilayah yang sulit menjangkau pengelola kampus pusat, Komarudin menyatakan akan mengkonfirmasi terlebih dahulu perihal prosedur yang harus ditempuh kepada Wantuti.
“Alur itu akan saya pastikan dulu, alurnya itu seperti apa. Kalau memang harus mengetahui saya sebagai pihak pengelola, tidak masalah,” jelasnya.
Komarudin menyarankan agar mahasiswa tetap menghubungi pengelola kampus pusat. Mahasiswa dapat meminta kontak pada pengelola kampus wilayah dan menghubungi secara langsung.
Annisa Fitriana
Reporter: Annisa Fitriana
Editor: Rosmitha Juanitasari