Ekspresionline.com–Sejumlah mahasiswa di kampus Wates mengeluhkan pelayanan dari fasilitas Bus UNY ‘shuttle bus’ dalam mengakomodasi mobilitasnya. Keluhan tersebut berakar dari ketidakjelasan informasi mengenai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dari shuttle bus.
Dian, satu mahasiswa UNY Kampus Wates Angkatan 2022, mengaku kesal dengan fasilitas shuttle bus. Pasalnya, shuttle bus hanya dapat digunakan jika ada jadwal perkuliahan. Di luar itu, banyak kegiatan akademik lain yang belum terakomodasi oleh shuttle bus, seperti pengambilan almamater dan kartu tanda mahasiswa.
Mahasiswa baru itu menceritakan kegagalannya dalam memperoleh fasilitas shuttle bus. Mulanya, ia dan temannya berencana mengambil almamater di kampus pusat pada tanggal 13 Oktober 2022. Sesuai dengan prosedur yang ada, seminggu sebelumnya mereka berkoordinasi dengan pengelola shuttle bus UNY Kampus Wates untuk mengurus perizinan.
“Buat janji dulu, Mbak. Soalnya walaupun ada jadwal, [mahasiswa] yang ingin menggunakan bus tetap harus konfirmasi dan buat janji,” kata Dian waktu diwawancarai pada Sabtu (05/11/2022).
Sebelum menggunakan layanan shuttle bus, mahasiswa perlu menyerahkan data calon penumpang. Hal ini ditujukan untuk mencegah mahasiswa terpisah dari rombongan dan agar kembali dalam jumlah yang utuh.
Nazira, teman sekelas Dian, berkoordinasi dengan pengelola shuttle bus sekaligus Humas UNY Kampus Wates, Tusti Handayani pada 7 Oktober 2022. Akan tetapi, ia baru memperoleh konfirmasi 4 hari setelahnya dengan hasil mengecewakan. Shuttle bus tidak dapat melayani pengambilan almamater mahasiswa.
“Mbak mohon maaf untuk peminjaman shuttle bus hanya untuk melayani perkuliahan praktikum di Karangmalang,” isi chat Nazzira dengan Tusti, Selasa (11/10/2022).
Alhasil, Dian bersama temannya yang berjumlah 21 orang, terpaksa menggunakan alat transportasi umum. Mereka menaiki Kereta Rel Listrik (KRL) dan melanjutkan dengan memesan ojek online. Menurutnya, hal itu cukup merepotkan karena harus mengeluarkan biaya lebih banyak.
“Sedih banget, kesel juga ada. Pengeluaran anak kampus wilayah kayaknya banyak di transportasi kalau ada urusan ke pusat [bagi yang tidak punya kendaraan sendiri], ditambah juga pasti ada yang kecapekan karena ngelaju, kan,” pungkasnya.
Menanggapi permasalahan itu, Tusti mengatakan bahwa pengajuan shuttle bus di luar jadwal perkuliahan didasarkan pada arahan ketua pengelola bus. “Pengajuan melalui ketua pengelola, Mbak. Maksudnya nanti arahan dari ketua akan seperti apa,” jelas Tusti pada Sabtu (12/11/2022).
Sementara itu, Komarudin selaku ketua pengelola bus UNY Kampus Wates menekankan bahwa tupoksi shuttle bus hanya untuk mobilitas perkuliahan. Peminjaman bus di luar perkuliahan bukan bagian dari tupoksi, sehingga pengelola shuttle bus kampus wilayah tidak punya kewajiban untuk melayani kepentingan tersebut. “Karena memang kami tupoksinya hanya untuk itu,” ujarnya pada Jumat (11/11/2022).
Komarudin turut menambahkan bahwa regulasi dari shuttle bus masih di bawah rektorat dengan koordinator utamanya, Wantuti. “Manajemennya aja kita sentralkan agar semuanya tertata dengan baik karena kami hanya memfasilitasi perkuliahan. Di luar itu, silahkan koordinasi langsung dengan Bu Wantuti,” paparnya.
Sepakat dengan hal itu, Wantuti membenarkan bahwa peminjaman bus di luar perkuliahan perlu mengajukan surat permohonan. Mengenai permasalah mahasiswa UNY Kampus Wates yang tidak memperoleh fasilitas shuttle bus, ia mengaku tidak tahu-menahu karena belum menerima surat permohonan. “Saya belum menerima suratnya, nggak ada yang sampai sini,” papar Wantuti pada Senin (7/11/2022).
Annisa Fitriana
Reporter: Annisa Fitriana
Editor: Ditha Kirani