Penulis: Emile Zola
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Halaman: 336
ISBN: 978-979-22-7436-3
Ekspresionline.com–Novel yang berlatarkan kota Paris ini menceritakan seorang gadis bernama Therese yang sengaja dititipkan oleh ayahnya untuk tinggal bersama bibinya, Madame Raquin, wanita baik hati yang juga mengasuh anak laki-lakinya yang sedang sakit. Madame Raquin membesarkan dan menyayangi Therese sama seperti ia menyayangi anak laki-lakinya, Camille. Berbeda dengan Camille yang rapuh karena penyakit yang menempel di tubuhnya, Therese mempunyai kesehatan prima. Namun sayangnya, ia ikut diperlakukan seperti orang sakit, turut menelan obat-obatan milik sepupunya dan terpaksa tinggal di kamar yang hangat bersama Camille. Kehidupan layaknya orang sakit yang dipaksakan pada Therese membuatnya tumbuh menjadi gadis penurut dan tertutup. Ia juga menurut ketika di usia dua puluh satu tahun dikawinkan dengan Camille.
Kehidupan mereka berjalan sama seperti biasa sampai suatu hari Camille membawa teman lamanya yang bernama Laurent, teman lama Camille yang kebetulan bekerja di kantor yang sama dengan Camille, yang menjadi gerbang awal konflik dalam novel tulisan Zola ini. Setelah kepergian Camille, Therese yang selama ini selalu diam dan penurut, merasa jiwanya menjadi bebas melalui perselingkuhannya dengan Laurent. Perselingkuhan mereka membawa kelicikan untuk terus bersandiwara, mereka bahkan dengan berani melakukan seks di kamar tidur Camille dan Therese saat Madame Raquin masih di dalam rumah.
Pada pendahuluan novel, Zola menyatakan tujuannya menulis novel Therese Raquin adalah mempelajari temperamen, bukan tokoh. Ia juga mengatakan bahwa kedua tokohnya, Therese dan Laurent adalah manusia binatang yang tidak memiliki hati nurani. Saya turut sepakat dengan apa yang disampaikan Zola, perselingkuhan Therese dan Laurent sendirilah yang membawa mereka kepada kesenangan atas birahi mereka, sandiwara licik hingga rencana-rencana jahat yang pada akhirnya menuntun mereka menjadi seperti yang disebut Zola sebagai manusia binatang.
Novel yang ditulis Zola, membuat saya gemas dan jengkel pada temperamen yang dimiliki oleh Therese. Ia selalu menurut sedari kecil, tak pernah mengeluh atau pun memberontak terhadap Madame Raquin dan Camille. Ia selalu menerima apapun yang diberikan dan ditawarkan pada hidupnya. Therese merasa ia harus selalu menurut agar bisa membalas kebaikan Madame Raquin yang telah mengasuhnya. Berbeda dengan Therese, watak Laurent yang selalu menunjukkan kebaikan serta keramahan terhadap keluarga Madame Raquin, membuat Madame Raquin juga mencurahkan kasih sayangnya kepada Laurent seperti anaknya sendiri. Apalagi setelah Camille membawanya ke rumah untuk beberapa kali melukis potret Camille, ia menjadi sering berkunjung, entah untuk membantu Madame Raquin menutup toko atau hanya sekedar menumpang makan malam.
Perubahan temperamen Therese maupun Laurent diungkapkan oleh Zola dengan perlahan dalam setiap bab. Mereka mengetahui pasti, bahwa setelah keberhasilan menjalankan rencana jahat mereka, semuanya tak lagi sama. Namun, mereka mampu bertahan dengan bersandiwara dan juga bertahan pada kengerian-kengerian setiap malam atas perbuatan mereka terhadap Camille. Masing-masing dari mereka masih terus meyakini bahwa sosok hantu Camille yang selalu menyambangi kamar tidur mereka akan pergi ketika mereka telah bersama. Maka, mereka menunggu untuk waktu yang lama, menahan nafsu, menjalankan sandiwara selama dua tahun. Ini semua dilakukan semata karena ketakutan mereka akan terbongkarnya semua yang telah mereka lakukan kepada Camille.
Sampai suatu waktu, mereka telah lelah menghadapi hantu Camille yang selalu datang tiap malam hingga membuat mereka mengalami mimpi buruk dengan bayang-bayang Camille yang akan membalas dendam. Mereka memutuskan bahwa mereka harus segera menikah agar tidak lagi menghadapi kengerian yang sama setiap malam. Maka, babak baru atas sandiwara mereka dimulai. Mereka memerankan peran masing-masing seperti yang telah disepakati, mereka ingin gagasan pernikahan diusulkan sendiri oleh Madame Raquin.
Dan benar saja, tak lama setelah sandiwara mereka dimulai, pernyataan untuk menikahkan mereka akhirnya datang dari mulut Madame Raquin. Pernikahan Therese dan Laurent diselenggarakan, kegembiraan orang-orang mengiringi pernikahan dua anak Madame Raquin, pada akhirnya orang-orang di sekeliling Madame Raquin tidak lagi melihat kemurungan Madame Raquin atas Camille.
Malam pernikahan yang telah dinantikan Laurent akhirnya tiba dan mereka menyadari bahwa kebersamaan mereka jauh dari harapan dan gagasan selama ini. Kengerian mimpi buruk setelah mereka menikah menjadi berkali-kali lipat lebih mengerikan dari sebelumnya. Hampir setiap malam mereka terus-terusan terjaga hingga pagi, meskipun sempat tertidur, mereka akan terbangun sejam kemudian karena mimpi buruk yang terus berulang-ulang. Pernikahan mereka tidak membawakan kedamaian yang selama ini mereka bayangkan, justru sebaliknya, pernikahan mereka menjadi bencana. Dari bencana inilah mereka perlahan-lahan menjadi manusia binatang. Di depan Madame Raquin yang telah menua, mereka menumpahkan kemarahan mereka terhadap satu sama lain, saling menyalahkan dan meneriakkan rahasia-rahasia yang selama ini berusaha mereka sembunyikan.
Novel Therese Raquin ini pada akhirnya mengantarkan saya kepada nervous erethism, istilah yang digunakan Zola untuk menggambarkan penyakit mental yang dialami Therese dan Laurent akibat rasa ketakutan mereka setelah kengerian yang mereka lakukan kepada Camille. Saya memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikan novel Therese Raquin, gaya tulisan Zola yang “meromantisasi” latar pada setiap bab membuat saya cepat bosan. Tetapi saya menyukai bagaimana Zola menyelesaikan Therese Raquin, indah dan sepadan.
Putri Ghina Rusadi
Editor: Galih Gesang Sejati