Ekspresionline.com–Agent of change menjadi pembahasan yang menarik untuk selalu diperbincangkan. Pembahasan soal agent of change selalu dikaitkan dengan pemuda terkhusus mahasiswa.
Agent of Change adalah orang-orang yang mampu melakukan sebuah perubahan. Peranan mahasiswa diperlukan untuk melakukan perubahan tersebut. Perubahan disini, tentu adalah berubah menjadi lebih baik.
Melihat permasalahan Indonesia saat ini, maka mahasiswa diharapkan berperan aktif dalam menangani hal ini. Kemiskinan, kekerasan, tawuran, kesejangan sosial, pendidikan tidak merata dan masih banyak lagi. Permasalahan yang sangat kompleks tersebut diharapkan mahasiswa mampu mengubah keadaan menjadi baik.
Tidak mudah untuk menjadi agent of change. Memenuhi tuntutan tersebut, Universitas Negeri Yogyakarta membuat program untuk meningkatkan kemampuan softkill mahasiswa baru. Mahasiswa baru yang memiliki kemampuan softskill akan membentuk mahasiswa menjadi agent of change.
Pelatihan softskill ini menjadi rangkaian wajib acara Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) yang dilakukan pada tingkat universitas dan tingkat fakultas. Pelatihan softkill tingkat universitas mengacu pada communication, collaboration, critical thinking and problem solving, dan creativity and innovation (4C).
Sedangkan, pelaksanaan softskill di tingkat fakultas diadakan dalam bentuk Student Development Program (SDP). Pelaksanan softskill tingkat fakultas ini dilakukan dengan pemberian pelatihan SDP yang berbeda-beda setiap fakultas. Masing-masing fakultas melaksanakan pelatihan SDP pada rangkaian acara PKKMBnya.
Pelatihan SDP merupakan program yang bertujuan untuk mengembangkan softskill mahasiswa baru. Pelatihan SDP di fakultas rata-rata memberikan materi seputar kepemimpinan, jurnalistik, penelitian, kepenulisan, dan kewirausahaan.
Pengembangan softskill tingkat universitas dan fakultas ini perlu berjalan beriringan untuk mewujudkan mahasiswa yang sanggup menjadi agent of change. Mahasiswa baru diharapkan tidak hanya menguasai materi yang mereka dapat diperkuliahan, tapi juga dapat memiliki keterampilan dalam suatu bidang. Sehingga cita-cita mahasiswa menjadi agent of change dapat terwujud.
Mahasiswa baru wajib mengikuti pelaksanaan SDP dalam rangkaian acara PKKMB fakultas, dengan dapat memilih materi yang disukai dan yang ingin dipelajari. Pemateri dalam pelatihan SDP adalah orang-orang yang memiliki kompetensi dalam bidang tersebut. Sehingga, diharapkan pelaksanaan SDP ini dapat berhasil maksimal, yaitu mengembangkan kemampuan softskill mahasiswa baru. Berkembangnya kemampuan softskill dapat mewujudkan mahasiswa sebagai agent of change.
Namun, pelaksanaan SDP yang digadang-gadang akan meningkatkan softskill mahasiswa baru, kenyatannya belum dilaksanakan secara maksimal. Ketidakmaksimalan ini dapat dilihat dari follow up setelah pemberian materi. Hampir semua fakultas tidak melaksanakan follow up SDP. Meniadakan follow up SDP, hanya berhenti pada pemberian materi membuat mahasiswa baru tidak mendapat pendampingan dalam pengembangan softskillnya.
Tahun-tahun sebelumnya, pelatihan SDP terlaksana sebagai alat untuk mengembangkan softskill mahasiswa baru, tapi tidak ada tindak lanjut yang berarti. Namun, tidak menutup kemungkinan tahun ini untuk melakukan follow up SDP sesuai dengan materi yang dipilih mahasiswa baru.
Proses follow up berguna untuk meneruskan hasil belajar dari pemateri SDP. Follow up SDP bisa berupa praktek dari materi yang telah diterima mahasiswa baru. Bila SDP beserta follow up terlaksana dengan baik maka akan terwujud pengembangan softskill pada mahasiswa baru. Mahasiswa baru akan mendapatkan keterampilan yang mampu menyokong pengetahuan di mata kuliah yang mereka tempuh.
Disayangkan sekali tidak ada follow up yang jelas dari pelaksanaan SDP dari masing-masing fakultas. Padahal, apabila follow up dilakukan maka diharapkan mahasiswa mampu mengembangkan kemampuan softskill yang akhirnya dapat berkembang jadi memiliki keterampilan baru.
Misalnya, mahasiswa baru Jurusan Psikologi, apabila mengambil softskill kepemimpinan. Hal tersebut akan membantu mahasiswa tersebut apabila mengambil bidang psikologi industri dan organisasi (PIO). Contoh lainnya, SDP kepenulisan akan membantu mahasiswa baru dalam menyelesaikan tugas dari dosen. Kemampuan dalam bidang kepenulisan ini akan selalu berguna sampai mahasiswa tersebut menulis skripsi.
Seharusnya, apabila SDP dilaksanakan dengan maksimal maka akan menjadi salah satu jalan untuk mahasiswa meningkatkan softskill dan mengembangkan keterampilan. Keadaan tersebut dapat membantu mahasiswa menjadi agent of change di masa yang akan datang.
Fatonah Istikomah
Editor: Arummayang Nuansa