Ekspresionline.com–Puluhan massa aksi mengitari perempatan Tugu, Kota Yogyakarta, guna memperingati Hari Perempuan Internasional 2022 pada Selasa (08/03/2022). Aksi yang digelar oleh International Women’s Day (IWD) Jogja tahun ini mengusung tema besar “Bersama Perempuan Melawan Diskriminasi, Kapitalisme, dan Kekerasan Seksual”.
Dalam aksi tersebut, IWD Jogja menyuarakan 42 tuntutan yang bersumber dari berbagai isu di masyarakat. Selain isu mengenai pembebasan perempuan, diusung pula isu mengenai lingkungan, pembebasan lahan, penarikan militer dari Papua Barat, keadilan bagi kaum LGBT, dll.
Berbagai kelompok dan organisasi bergabung meramaikan aksi ini. Gege, salah satu komite IWD Jogja menjelaskan bahwa acara ini menampung seluruh kelompok yang termarjinalkan. “Kami perempuan. [Dalam konstruksi sosial] Perempuan juga kaum yang termarjinalkan,” ujarnya saat diwawancarai Ekspresi (08/03/2022).
Selain itu, ia juga menerangkan bahwa partisipan yang hadir tak hanya berasal organisasi formal, namun juga individu merdeka yang tergabung dalam solidaritas kolektif (informal) guna turut merayakan perhelatan IWD 2022.
Salah satu di antaranya adalah kedatangan Wadon Wadas dari Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah. Mereka yang mengenakan pakaian berwarna merah senada itu, merupakan para perempuan asli Desa Wadas yang turut berorasi dalam agenda ini.
Partisipasi Wadon Wadas dalam aksi IWD di Tugu Yogyakarta merupakan lanjutan dari aksi sebelumnya yang digelar di depan kantor Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWS-SO). Secara garis besar, isu yang dibawakannya sama, yakni penolakan terhadap rencana tambang batu andesit ‘quarry’ yang menimpa desa Wadas.
Selain Wadon Wadas, terdapat pula solidaritas kolektif lainnya seperti Pembebasan Yogyakarta, Srikandi UGM, Lingkar Studi Sosialis, dll. yang juga ikut menyuarakan suaranya dalam aksi ini.
Meskipun acara ini secara khusus dilangsungkan untuk memperingati Hari Perempuan Internasional, massa aksi yang datang tak hanya berasal dari kaum perempuan. Beberapa laki-laki turut serta untuk turun dan menyuarakan dukungan mereka terhadap isu perlawanan penindasan perempuan. Salah satunya adalah Marco, yang tergabung dalam Pembebasan Yogyakarta.
“Berbicara tentang masalah [penindasan terhadap] perempuan bukan hanya tugas perempuan, tapi juga laki-laki,” terang Marco ketika ditanya alasannya turut serta dalam acara ini. Menurutnya, pelaku kekerasan seksual justru kerap berpangkal dari kaum laki-laki, sedangkan perempuan acap kali menjadi korbannya.
“Maka untuk menepis segala hal penindasan terhadap perempuan, sebagai laki-laki dan juga sebagai [bagian dari] perempuan, harus terlibat untuk menyuarakan permasalahan perempuan,” lanjutnya.
Para pihak yang tergabung dalam aksi tersebut berharap bahwa kegiatan mereka dapat meningkatkan kesadaran dari masyarakat mengenai berbagai permasalahan yang ada, khususnya mengenai perempuan dan gender. Mereka juga berharap pemerintah dapat membuka telinga dan memenuhi tuntutan yang mereka suarakan dalam aksi itu.
Nugrahani Annisa
Editor: Abi Mu’ammar Dzikri