Ekspresionline.com–Untuk pertama kalinya Fakultas Teknik (FT) UNY menerima mahasiswa baru (maba) berkebutuhan khusus, yakni satu maba difabel netra di Program Studi Pendidikan Teknik Informatika (PTI). Berdasarkan Peraturan Rektor UNY Nomor 9 Tahun 2023 maba difabel memiliki hak layanan disabilitas dalam lingkup administrasi dan akademik. Layanan tersebut berlaku sejak proses penerimaan mahasiswa baru, tak terkecuali dalam PKKMB. Di UNY sendiri PKKMB umumnya terdiri dari 3 tahap yakni PKKMB universitas, fakultas, dan departemen.
PKKMB FT diselenggarakan pada (08/08/2024) ini juga menjadi pengalaman PKKMB pertama mereka untuk menyambut maba difabel. Panitia sempat menyatakan keterkejutan mereka. “Baru pertama kalinya ada mahasiswa baru yang difabel, kita bisa dibilang kaget, dengan hal kaya gitu, ada hal tersendiri yang membuat kita harus mempersiapkan hal baru,” buka Rendy Setyonugroho selaku Koordinator Pemandu FT ketika ditanya terkait apa saja yang telah dipersiapkan oleh panitia PKKMB FT.
Rendy kemudian menjelaskan apa saja upaya panitia PKKMB FT untuk mengakomodasi maba berkebutuhan khusus, “sebenarnya baru pertama kali kayak gini [ada maba difabel], dari FT menyikapinya baik, kayak memperhatikan secara khusus walaupun memang belum terlihat kayak mendapatkan treatment atau apa, kita udah ngasih service, kaya setiap agenda gitu kita pasti prioritaskan dia.”
Hal selaras disampaikan oleh Koordinator Fakultas Teknik, Adi Putra Bahtiar berkenaan dengan upaya panitia PKKMB FT dalam mengakomodasi maba difabel. “Dari FT sendiri, dari pemandu gugus sendiri pun harus dampingi mahasiswa tersebut [maba berkebutuhan khusus], dan kemarin dari PKKMB universitas kan kegiatannya di GOR, akomodasi transportasinya dari pihak fakultas untuk PKKMB [universitas], untuk Hari-H [PKKMB FT] ini sekarang masih didampingi secara intensif dari pemandu gugus,” jelasnya.
Rendy juga menyampaikan terdapat peran besar pemandu dalam mendampingi mahasiswa berkebutuhan khusus. “Untuk teman-teman difabel sebenarnya dari kita udah ngefasilitasin mulai dari pemandunya, mau gimana pun juga dia harus diperhatikan lebih. Karena tugas pemandu kan kita menjadi pembina, membimbing juga jadi kita memberikan fasilitas khusus buat dia, untuk toilet kita antarkan, sebenarnya bukan buat temen-temen difabel aja, itu temen-temen yang lain dilakukan hal yang sama, kita menyamaratakan gak cuma ke satu orang aja,” tuturnya.
Pendampingan dari pemandu juga mencakup kegiatan pra-PKKMB seperti pada kepemanduan dan penugasan. “Iya, itu [pendampingan] terjadi juga di penugasan, kan kita juga bikin co card gak mungkin dia bikin co card sendiri, walaupun emang bisa cuma dari kita juga ngebantu, apalagi penugasan kaya resume materi itu kita membantu,” jelas Rendy.
Rendy juga sempat mengungkapkan bahwa ada upaya lebih dari pemandu gugus untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan difabel netra. “Malah pemandunya sempat belajar braille buat dia [maba difabel netra], walaupun emang gak bisa ya, tapi ada ketertarikan.”
Dengan upaya yang telah dikerahkan panitia, Ikhsan sebagai maba difabel netra FT menyatakan bahwa fasilitas yang diberikan sudah cukup baik. “Untuk fasilitas, dari panitia sudah memfasilitasi cukup baik,” ucapnya.
“Selama PKKMB kemarin fasilitasnya sudah cukup, bahkan berlebihan menurut saya yang sebagai disabilitas netra, contohnya saja pas kemarin PKKMB yang tingkat univ itu dari pihak kampus menyediakan alat transportasi, padahal kan kalau menurut saya yang penting kalau tunanetra itu ada yang mendampingi untuk jalannya sudah cukup,” jelasnya lebih lanjut.
Ikhsan kemudian mengungkapkan kendala yang ia alami selama PKKMB fakultas, “untuk kendala lebih banyak di penugasan, 75 persen belum akses untuk tunanetra.”
“Contoh disuruh bikin co card itu yang fakultas teknik bentuk rajawali, terus disuruh masang rangkaian listriknya, kalau itu alhamdulillah-nya sudah bisa. Kendala lainnya di pembuatan infografis jelas tunanetra tidak bisa, kalau ada kertas yang sudah digambar infografisnya mungkin kita bisa menjelaskan. Pembuatan buku koreo itu juga tidak bisa kalau tunanetra karena harus memotong-motong kardus [lalu] ditempeli kertas.” Rinci Ikhsan terkait tugas-tugas pada PKKMB FT yang belum ramah bagi difabel netra.
Ikhsan menyatakan terdapat peran besar pemandu sepanjang rangkaian kegiatan PKKMB fakultas hingga departemen. “Kalau pemandu gugus itu lebih banyak pas di fakultas kalau gak di departemen. Kalau pas di PKKMB univ itu udah ada panitia yang memang ditugaskan untuk membantu teman-teman yang sedang sakit atau disabilitas. Pemandu lebih [banyak] membantunya pas penugasan, kepemanduan yang di fakultas, sama pas PKKMB di fakultas sama di departemen, sering kali [saya] dibantu sama pemandunya,” tutur Ikhsan.
Aini Rizka Rahmadini
Reporter: Faza Nugroho, Luisa Diah, Aini Rizka
Editor: Dita Iva Sabrina