Ekspresionline.com–Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) telah diselenggarakan pada 7-8 Agustus 2023 bertempat di Gedung Olahraga (GOR) UNY. PKKMB diikuti 10.501 mahasiswa baru dari D-4, S-1, S-2, dan S-3 di hari pertama, serta 8.898 mahasiswa baru dari S-1 dan D-4 di hari kedua.
Dalam pelaksanaannya, panitia PKKMB UNY menyediakan layanan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K). Adapun layanan P3K disiapkan oleh divisi P3K melalui koordinasi dengan Korps Sukarela (KSR) UNY, divisi PKKMB P3K tingkat fakultas, serta UNY Health and Sport Centre (HSC). Divisi P3K PKKMB UNY sendiri berjumlah 16 orang, ditambah dengan divisi P3K tiap fakultas yang mengirimkan perwakilan 5 orang, serta anggota KSR turun sebanyak 20 orang sesuai surat tugas dari birokrat.
Pelayanan medis di PKKMB UNY 2023 sempat dihadapkan pada beberapa hal yang menjadi persoalan. Mulai dari minimnya pengadaan obat, tidak jelasnya distribusi dan kepemilikan obat, hingga miskoordinasi dengan pihak-pihak terkait.
Minimnya Pengadaan Obat
Ketersediaan obat yang dimiliki divisi P3K sangat terbatas. Khusnul, Koordinator Divisi P3K PKKMB UNY menyampaikan bahwa tidak semua kebutuhan layanan P3K dapat diakomodasi. Hanya pelatihan P3K dan pita yang disematkan pada mahasiswa baru dengan penyakit tertentu yang dapat dikabulkan melalui proposal dana.
”[Divisi] P3K sama sekali tidak dapat dana, [kecuali] yang pelatihan sama ada pita,” tutur Khusnul saat diwawancarai di Taman Pancasila FISHIPOL UNY pada Selasa (15/8/2023).
Sejalan dengan pernyataan Khusnul, Raihan Ammar, Koordinator Umum (Kordum) PKKMB UNY 2023 pun menyatakan bahwa pihaknya sudah berusaha mengajukan dana terkait pelayanan P3K. Namun, dana yang dapat turun hanya dana pelatihan dan pita.
”Karena itu [terkait kebutuhan lain] sudah di-handle oleh HSC, jadi dana-dana kesehatan PKKMB itu sebenarnya sudah ditanggulangi oleh HSC. Maka yang ter-acc hanya pelatihan dan juga pita,” ucap Ammar pada Jumat (18/8/2023).
Ketidakjelasan Distribusi dan Kepemilikan Obat
Beberapa kebutuhan terkait kesehatan seperti obat-obatan atau kerja sama dengan rumah sakit sudah coba panitia ajukan, tetapi ditolak. Hal ini dikarenakan dalih birokrat bahwa hal-hal tersebut telah ditanggulangi oleh HSC. Ammar menyebutkan persoalannya adalah terdapat miskoordinasi antara HSC, KSR, dan panitia PKKMB UNY mengenai kepemilikan obat.
“HSC ini dapat dana pun tapi dia itu minta ke KSR yang memenuhinya, dari KSR minta ke kami [panitia]. Nah, ini kan jadi kayak ada lingkaran setan dalam komunikasi itu,” tutur Ammar.
Di sisi lain, Khusnul menjelaskan bahwa pihak panitia PKKMB tingkat universitas sebenarnya tetap mendapat asupan dana untuk membeli obat-obatan melalui KSR. Meskipun begitu, Khusnul dan pihaknya tidak dapat membawa obat-obatan yang digenggam KSR.
”KSR bilang kalo obat ini tuh yang pegang dari KSR. Awalnya aku mikir, oke berarti ini dibagiin ke P3K ternyata enggak,” ujar Khusnul.
Guna menanggulangi persoalan ini, Khusnul berkoordinasi dengan bendahara PKKMB UNY. Jalan keluar yang diambil yakni mengalokasikan sebagian anggaran untuk membeli obat-obatan yang dapat dibawa oleh divisi P3K PKKMB UNY.
”Kalo masalah itu aku minta sendiri ke bendahara, karena obat itu penting jadi dari bendahara alhamdulillah mengusahakan ada,” kata Khusnul.
Timbul masalah lain terkait kepemilikan obat. Divisi P3K tingkat fakultas mengira bahwa mereka akan mendapat sokongan obat dari divisi P3K tingkat universitas. Hal tersebut berawal dari divisi P3K PKKMB fakultas yang diminta untuk membantu penjagaan PKKMB universitas.
”Itu kan acara univ [PKKMB tingkat universitas], jadi [divisi P3K] fakultas juga mikirnya gak butuh diminta bawa obat-obatan, udah disediain univ gitu,” ujar Zainab, Koordinator P3K PKKMB FIPP, saat diwawancarai di Student Center UNY pada Senin (14/8/2023).
Khusnul menyatakan bahwa ia dan beberapa pihak terkait sempat terlibat kesalahpahaman. Hal ini dikarenakan mekanisme yang digunakan mengacu pada PKKMB UNY 2019.
”Di awal itu koordinasiku dengan KSR, mungkin kan karena kita berpacu ke tahun 2019 ya, itu fakultas itu nunggu obat dari kita [divisi P3K PKKMB UNY], sedangkan aku aja nggak dapet obat nih terus aku gimana cara ngasih obat ke mereka [divisi P3K PKKMB fakultas]?” keluh Khusnul.
Zainab pun menyayangkan sebab divisi P3K PKKMB UNY tidak memberi arahan perihal obat-obatan yang harus dibawa ke GOR. Padahal divisi P3K fakultas juga memerlukan obat-obatan, terlebih PKKMB fakultas akan dilaksanakan tepat dua hari setelah PKKMB UNY digelar.
”Dari univ [divisi P3K PKKMB UNY] enggak ada konfirmasi buat fakultas tuh bawa obat kita sendiri ke GOR, jadi mungkin ya udah kesadaran dari fakultas aja, sih,” lanjut Zainab.
Menyangkal pernyataan terkait pihaknya yang tak memberi himbauan, Khusnul menuturkan hal tersebut sudah ia sampaikan ketika pemberian arahan, satu hari sebelum acara.
”Itu udah [disampaikan], tapi ya alhamdulillah-nya ada fakultas yang bawa obat masing-masing, [disampaikan ketika] briefing H-1,” ucap Khusnul.
Selain itu, Zainab juga menyoroti tidak semua anggota divisi P3K PKKMB UNY membawa kotak P3K.
”Mereka [divisi P3K PKKMB UNY] itu enggak ada yang bawa kotak P3K yang bener-bener per-orangnya tuh bawa, cuma beberapa orang aja,” kata Zainab.
Sejalan dengan pernyataan Zainab, Mila, Koordinator divisi P3K PKKMB FISHIPOL juga merasa bahwa divisi P3K PKKMB UNY bekerja dengan tangan kosong.
”Soalnya dari univ [divisi P3K PKKMB UNY] tuh sama sekali gak nyediain apa-apa cuma masrahin ke fakultas masing-masing,” kata Mila yang ditemui pada Kamis (10/8/2023) di Auditorium UNY.
Menanggapi hal ini, Khusnul menjelaskan perihal obat-obatan yang pihaknya miliki. Dirinya mengatakan bahwa meskipun sudah mendapat anggaran untuk membeli obat, tetapi obat-obatan yang dimiliki tak dapat dibagi rata kepada seluruh anggota divisi P3K PKKMB UNY.
“Kalau dari P3K, [kalau] butuh [barang] urgent ya sudah, beli, tapi pakai uang sendiri [pribadi], nanti baru diganti. tapi obatnya tuh nggak bisa dibagi rata,” tutur Khusnul.
Untuk mengakali keterbatasan obat tersebut, Khusnul akhirnya membagi obat-obatan yang ada ke dalam tiga pos.
“Jadi, kalau kemarin itu [obatnya] aku bagi tiga. mengingat sistem keberangkatan dan kepulangan maba itu ada tiga pos, jadi aku bagiin ke tiap pos gitu,” lanjutnya.
Miskoordinasi Plotingan dan Tugas
Terdapat miskoordinasi terkait plotingan dan tugas divisi P3K saat PKKMB berlangsung. Berdasarkan pernyataan Zainab, saat acara berlangsung terdapat mahasiswa baru asal Fakultas Vokasi (FV) yang sakit. KSR mengarahkan salah satu panitia P3K FV untuk menemani maba tersebut. Namun, hal ini menyulitkan divisi P3K PKKMB FV dikarenakan jarak antara pos jaga panitia FV terlalu jauh dengan kursi maba FV.
”Jadi karena Vokasi itu penempatannya di pos sedangkan anak yang sakit di lantai tiga, kan pos lantai satu tuh. Mereka juga bingung,” kata Zainab.
Trisnaning, Koordinator P3K PKKMB FV, mengonfirmasi kebenaran pernyataan tersebut. Trisna menceritakan bahwa saat pelaksanaan PKKMB, pihaknya sempat dipanggil oleh KSR untuk menemani mahasiswa baru.
”Di tanggal 8 [Agustus] itu, ternyata dari pihak KSR tuh kekeuh manggil FV P3K-nya untuk ke lantai tiga karena ada maba yang sakit. Sedangkan dari awal sudah dijelaskan kalau misalkan nanti ya bakal ditemani dengan fakultas lain yang sedang berjaga di GOR itu,” terang Trisna pada Selasa (15/8/2023).
Khusnul turut angkat bicara perihal kerancuan koordinasi pembagian serta tugas panitia PKKMB dari P3K fakultas di PKKMB UNY. Sejak awal, Khusnul dan pihaknya memberi arahan pada setiap fakultas yang berjaga di pos untuk menangani mahasiswa baru yang masuk atau berada di sekitar pos tersebut. Hal ini tak sejalan dengan KSR yang menghendaki harus ada pihak fakultas yang membersamai maba yang sakit.
”Itu [pihak KSR] minta yang ada di P3K vokasi, istilahnya membersamai maba (vokasi) yang sakit, sedangkan aku sudah mem-plotting mereka [P3K FV] harus penjagaan, mereka menjaga tempat itu,” tegas Khusnul.
Terkait persoalan tersebut, Khusnul mengaku bahwa ia dan pihak KSR sudah sempat mengomunikasikan hal ini. Meski sempat menyarankan untuk mahasiswa baru ditemani oleh pemandunya saja, tetapi akhirnya KSR tetap memberi arahan untuk pendampingan dari panitia P3K fakultas masing-masing.
Kondisi yang dialami FV berbeda dengan apa yang terjadi di FISHIPOL. Mila, Koordinator P3K PKKMB FISHIPOL, menyampaikan kekecewaannya sebab tidak jelasnya alur penanganan dari pihak P3K PKKMB UNY terkait mahasiswa baru FISHIPOL yang harus dilarikan ke rumah sakit.
“[Divisi P3K PKKMB] cuma nolongin [maba] yang ditandu dan dikasih ke ambulans PMI. Terus [maba itu] dilepas [tidak lagi ditanggung PKKMB Universitas] dan yang ngurus bener-bener [panitia] fakultas,” terang Mila.
Juan selaku Koordinator Fakultas (Koorfak) FISHIPOL pun sempat menyampaikan kebingungannya terkait koordinasi antara divisi P3K PKKMB UNY dan HSC.
”Kita juga bingung, apakah dari univ sudah berkoordinasi dengan HSC atau belum?” keluh Juan.
Terkait hal ini, Khusnul menyampaikan bahwa sudah ada kesepakatan antara pihaknya dengan HSC. Bahkan, sebelumnya panitia PKKMB UNY berencana untuk bekerja sama dengan rumah sakit lain. Namun, hal itu tak terlaksana sebab pihak HSC menyatakan bahwa hal tersebut akan menjadi urusan mereka.
”Itu [Pak Prijo] bilang kalau gak usah mbak, nanti urusan misal ada yang sakit dan perlu dibawa keluar itu udah urusan kita,” imbuh Khusnul.
Berdasarkan keterangan Ammar, panitia PKKMB UNY sebenarnya sudah berencana mengajukan kerja sama dengan rumah sakit tertentu. Sayangnya, birokrat terlalu lama memberi persetujuan yang berakibat gagalnya jalinan kerja sama tersebut.
”Kerja sama dengan Rumah Sakit Panti Rapih akhirnya ter-acc [oleh pihak birokrat], cuman ya itu ketika kami ter-acc-nya terlambat sekali jadinya Rumah Sakit Panti Rapih tidak bisa menerima kerja sama,” sesal Ammar.
Saat dimintai keterangan, Dr. Prijo Sudibjo, Ketua Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi FIKK UNY, menyatakan terdapat miskomunikasi atas peristiwa ini.
“Apabila ada kasus yang urgent yang harus cepat ditangani itu dari pihak pimpinan fakultas sudah meminta izin untuk langsung merujuk ke rumah sakit terdekat langsung, jadi malah yang meminta itu [pimpinan] fakultasnya masing-masing,” jelas Prijo.
Prijo juga menambahkan pihaknya tidak melempar tanggung jawab, tetapi di keadaan tertentu fakultas dapat mempercepat penanganan. Hal ini berlaku dengan catatan HSC diberi informasi.
”Itu diinformasikan bukan dilemparkan tanggung jawab, tapi tetep kita yang ngurus kecuali kalau dari fakultas yang langsung ngurus, ya enggak papa kita boleh saja [fakultas yang mengurus], karena kita perlu percepatan. Jadi tidak terlalu administratif banget,” lanjut Prijo.
GOR UNY Penuh ’Penyakit’
Khusnul mengeluhkan terkait tempat yang digunakan untuk pelaksanaan PKKMB UNY, yakni GOR. Hal ini dikarenakan sulitnya mobilitas di dalam GOR. Dirinya juga menyebut bahwa kerumitan jalur di dalam GOR, mempersulit proses evakuasi.
“Misal di bagian selatan gitu ya, kamu cuma bisa muter setengah. Kalau mau full itu kamu harus turun ke lantai 2, putar pakai tangga satu lagi naik. Itu memperlambat buat evakuasi dan enggak semua orang secepat itu hafal,” jelas Khusnul.
Lebih lanjut, Khusnul menilai beberapa hal perlu ditinjau ulang jika ingin menggunakan GOR sebagai tempat PKKMB UNY. Salah satunya ialah pembatas tribun yang terlalu rendah sehingga memperbesar risiko kecelakaan. Ditambah, dari kapasitas GOR sendiri tidak mencukupi untuk menampung jumlah mahasiswa baru. Panitia pun turut berusaha menyesuaikan kondisi GOR, dengan meminimalisir gerakan hentak kaki dalam jingle yang dibawakan.
Khusnul juga berharap agar PKKMB berikutnya tidak dilaksanakan di GOR. Terlebih tak menutup kemungkinan jumlah mahasiswa baru akan terus bertambah.
“Semoga tempatnya nggak di GOR lagi, karena GOR itu penyakit. Kalau kata teman teman PI Koor itu penyakit, sumber penyakit,” ungkap Khusnul.
Feninda Rahmadiah
Reporter: Mentari, Amalia, Ikrar, Feninda
Editor: Annaila Syafa Azzahra