Ekspresionline.com—Paguyuban Petani Lahan Pantai Kulon Progo (PPLP-KP) rayakan Hari Lahir yang ke-17 sekaligus syawalan pada Minggu (07/05/2023). Dalam perayaan ke-17 ini, PPLP-KP mengusung tema “Terus Tumbuh dan Melawan, Jaga Silaturahmi Tolak Perampasan Lahan”.
Acara dilaksanakan dua hari berturut-turut dengan rangkaian di hari pertama pada Sabtu (06/05/2023), yaitu pemutaran film bersama sekaligus pengajian dan mujahadah di tanah lapang Desa Gupit, Karangsewu, Galur, Kulon Progo. Pemutaran film ini bertujuan untuk mengingatkan kembali kepada warga setempat tentang kesadaran melawan ketidakadilan.
Eko, salah satu panitia acara mengungkapkan, “Kami buat sendiri [filmnya], dengan tujuan buat pengingat, buat dokumentasi. Yang jelas buat pengingat itu untuk menunjukkan ke generasi-generasi muda yang pada waktu itu belum mengalami [represi] secara langsung. Dan ini merupakan agenda tahunan.” Acara dilanjutkan dengan pengajian dan mujahadah bersama warga dengan mengundang tokoh agama.
Kemudian, pada hari kedua (07/05/2023), dilaksanakan pawai dengan mengarak gunungan hasil bumi dari Padukuhan II, Kalurahan Garongan, Kapanewon Panjatan. Dengan menggunakan mobil pikap, pawai akan melewati Jalan Daendels menuju tempat acara di Padukuhan IV Gupit, Kalurahan Karangsewu, Kapanewon Galur. Pawai ini diikuti oleh rombongan warga dengan sepeda motornya masing-masing.
Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pembacaan orasi dari para solidaritas yang hadir. Saat pembacaan orasi, Didi, salah satu panitia acara, menyatakan menentang kehadiran perusahaan yang mengancam kedaulatan ruang hidup warga pesisir Pantai Kulon Progo.
“Kami tegaskan kembali. Kami akan terus menentang kehadiran PT. Jogja Magasa Iron, tambang milik Keluarga Keraton Yogyakarta, atau perusahaan apapun lainnya. Kami akan terus berjuang mempertahankan kedaulatan ruang hidup kami. Harga mati, kami selalu menolak rencana tambang pasir besi di pesisir Kulon Progo.”
Dalam acara ini, PPLP-KP dan warga pesisir dengan tegas menolak adanya tambang pasir besi dari PT Jogja Magasa Iron, sebagai perusahaan pemegang kontrak penambangan pasir besi di kawasan pesisir pantai Kulon Progo. PPLP-KP merilis pernyataan sikap dengan tajuk “Surat Keramat” yang berisi enam poin di dalamnya.
Pertama, yaitu menolak rencana tambang pasir besi di pesisir Kulon Progo. Kedua, menolak SG/PAG dan segala rencana sertifikasi dan pendataan tanah pesisir Kulon Progo oleh Kesultanan dan Pakualaman. Ketiga, menolak perampasan ruang hidup dalam bentuk apapun di Indonesia. Keempat, hentikan tindak kriminalisasi warga yang berjuang mempertahankan ruang hidup. Kelima, bebaskan para petani yang dipenjarakan dengan secara tidak adil. Keenam, menolak Undang-Undang Minerba dan Undang-Undang Cipta Kerja.
“Kami hanyalah petani yang menginginkan kehidupan yang tenang. Cita-cita kami adalah kehidupan bersama yang tentram, damai, dan sejahtera jiwa raga, bersama tanah dan makhluk di ruang hidup kami,” pungkas Didi.
Acara ditutup dengan penampilan musik dari para solidaritas yang isi karyanya sebagian mengangkat isu-isu agraria.
Meira Arta
Editor: Rosmitha Juanitasari