Ekspresionline.com—Komunitas Rembug Layar yang bergerak di bidang pemutaran film berbasis di Magelang, mengadakan pemutaran perdananya pada Rabu (26/05/2021) di Kedai Malawas secara luring.
Pada pemutaran perdananya, Rembug Layar membawa tiga film lokal yaitu, Moksa (Andrew Bachtiar), Siti Madosi Gusti (Rayhan Syahiq Renaldi), serta Rong (Kelik Sri Nugroho).
Bersamaan dengan adanya fenomena Gerhana Bulan Total di atas langit kota Magelang, serta suasana beranda Kedai Malawas yang jauh dari kebisingan, memberi kenikmatan tersendiri bagi para pengunjung selama menjumpai sajian film.
Rembug Layar ini baru terbentuk pada tahun 2021, di mana mereka berfokus untuk menyediakan wadah bagi para sineas lokal guna dapat dipertemukan dengan penontonnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ryan selaku ketua penyelenggara, komunitas tersebut berangkat dari keresahannya mengenai kultur film di kotanya yaitu Magelang.
“Di Jogja kita sering menjumpai beberapa pemutaran film di sana, sedangkan di Magelang yang notabene deket banget dengan Jogja, kok gak bikin pemutaran. [Sedangkan] produksi [film] di Magelang sudah banyak, kalau kita gabung ke produksi, nanti siapa yang mau muterin film. Dari situ saya kepikiran dan berniat untuk bikin pemutaran,” pungkasnya saat diwawancarai ketika berakhirnya pemutaran film.
Ryan mengemukakan pembacaannya terkait ekosistem film di kotanya. Menurutnya, di Magelang memiliki kemampuan memproduksi film yang cukup tinggi, namun justru tidak diimbangi dengan pengetahuan akan distribusi film itu sendiri.
“Permasalahannya di Magelang [yaitu] kekurangan akan pengetahuan mengenai film. Semangat mereka untuk memproduksi film cukup besar, hanya saja masih lemah pengetahuan akan distribusi film. Jika saja semangat produksi mereka diimbangi dengan pengetahuan distribusi, maka ekosistem [film] di Magelang akan berkembang lebih baik,” jelasnya.
Maka dari itu, Rembug Layar berupaya mewadahi permasalahan tersebut. Sebagaimana yang diharapkan oleh Arif selaku pihak penyelenggara, ketika ditanyai mengenai akan dibawa ke mana Rembug Layar ke depannya.
”Saya pribadi kepinginnya Rembug Layar minimal mendorong kawan-kawan di Magelang untuk bikin film lebih banyak. Tapi, saya juga kepingin selain di Rembug Layar [akan] ada screening-an lain. Analoginya jika demand semakin tinggi, mestinya supplay–nya semakin banyak, kalau supplay–nya semakin tinggi, produksi semakin ada. Ketika ekosistemnya terbentuk, produksinya ada, yang nayangin filmnya juga ada, kan pada akhirnya ekosistemnya akan berputar. [Sedangkan] untuk kepinginan lebih jauhnya, kita bisa bikin Festival Film Magelang. Itu semacam mimpi suatu saat nanti,” ungkap Arif, menambahkan pernyataan dari Ryan.
Sedangkan pembacaan mereka terkait dukungan dari pemerintah daerah terhadap ekosistem film di Magelang, Ryan dan Arif sepakat bahwa pemerintah dinilai masih belum sepenuhnya melirik ekosistem tersebut. Melalui Rembug Layarlah, mereka berharap dapat membangun ekosistem film di Magelang menjadi sebuah industri. Sehingga, film bukan hanya dilihat sebagai hiburan, melainkan dapat dijadikan sebagai agenda pengembangan daerah oleh pemerintah.
“Di Magelang, sejauh pengamatan saya, industri ekonominya belum mengarah menuju industri kreatif. Setidaknya dari kami [Rembug Layar], bisa membuka peluang baru akan lahirnya industri kreatif dan dapat memutar roda ekonomi. Harapannya, saya tidak perlu lagi mesti lari ke kota-kota besar hanya untuk menjalankan industri kreatif, saya bisa memenuhi kebutuhan saya hanya dari kota ini,” tutur Arif ketika akan mengakhiri sesi wawancara.
Suden
Editor: Kamela Zaenul Afidah