Sutradara : Adam McKay
Penulis : Charles Randolph, Adam McKay, Michael Lewis
Durasi : 2 Jam 10 Menit
Produksi : Paramount Pictures
Tanggal Rilis : 11 Desember 2015
Ekspresionline.com–Pandemi Covid-19 mengakibatkan banyak negara mengalami krisis ekonomi. Hal ini diakibatkan oleh kebijakan karantina wilayah yang diberlakukan, sehingga aktivitas ekonomi seketika harus berhenti serentak guna mencegah penularan Covid-19.
Pada tahun 2008, dunia juga pernah mengalami krisis ekonomi. Hal tersebut tidak dipengaruhi oleh adanya wabah penyakit, melainkan karena krisis ekonomi global yang disebabkan oleh ambruknya perusahaan-perusahaan besar di Amerika.
Coba bayangkan Bank Central Asia (BCA) atau Bank Rakyat Indonesia (BRI) mengalami pailit. Bank BCA adalah bank swasta terbesar di Indonesia, sedangkan Bank BRI adalah Bank BUMN terbesar di Indonesia. Kedua bank tersebut menduduki peringkat satu dan dua market cap terbesar di bursa efek Indonesia. Sudah terbayang bagaimana jika salah satu bank ini terjadi pailit?
Jika belum, mari kita melihat kondisi Amerika pada tahun 2008 yang mengalami krisis ekonomi yang menjalar hingga berdampak di berbagai negara. Pada tahun itu, lebih dari 8 juta orang kehilangan pekerjaannya, dan lebih dari 6 juta orang kehilangan rumah. Iya, Amerika, negara adidaya yang selama beberapa dekade terakhir ekonominya selalu di atas bahkan stabil. Namun, tanda-tanda hancurnya ekonomi Amerika memang sudah terlihat sebelum tahun 2008.
Pada tahun 2007, perusahaan besar seperti Bear Stern, Morgan Stanley, Citigroup, dan General Motor sudah mulai berjatuhan. Hal ini makin diperparah dengan Lehman Brothers Holdings Inc–salah satu bank investasi terbesar di Amerika–mengalami pailit pada September 2008.
Lantas, bagaimana bisa Amerika mengalami krisis ekonomi tahun 2008?
Jika kamu penasaran dengan kejatuhan ekonomi Amerika tahun 2008, maka kamu bisa menonton film “The Big Short”.
Film ini diadaptasi dari buku The Big Short karya Michael Lewis yang terbit tahun 2010. Film ini dibintangi oleh artis beken seperti Christian Bale, Steve Carell, dan Brad Pitt. Film “The Big Short” juga mendapat penghargaan skenario adaptasi terbaik Oscar tahun 2016.
Film yang lumayan membuat pusing jika tidak terlalu familiar dengan istilah ekonomi. Alangkah baiknya sebelum menonton film ini, pahami terlebih dahulu istilah seperti Mortgage Backed Securities (MBS), CDS (Credit Default Swap), dan subprime mortgage.
Meskipun demikian, film ini juga tidak pelit-pelit amat dalam memberi penjelasan yang mudah dicerna. Sebut saja ketika seorang chef menjelaskan bagaimana MBS itu dibangun hingga memiliki obligasi level AAA, atau ketika Selena Gomez menjelaskan bagaimana cara kerja dari CDO (Collateralized Debt Obligation) sintetis.
“The Big Short” bukan semata hadir untuk menjelaskan bagaimana proses jatuhnya ekonomi Amerika, melainkan film ini juga tidak mengesampingkan sisi drama atau hiburan. Sebut saja tokoh Michael Burry yang diperankan oleh Christian Bale. Michael Burry digambarkan sebagai orang yang optimis, tetapi tiba-tiba menjadi depresi karena prediksinya hampir salah.
“Menghasilkan uang tidak seperti yang ku perkirakan. Bisnis ini membunuh bagian penting dari kehidupan yang sangat penting. Bagian yang tak ada hubungannya dengan bisnis.”
Kata-kata yang cukup menguras emosi penonton, ditambah dengan adegan saat orang-orang dilanda kepanikan karena mengalami krisis ekonomi. Film ini juga menegaskan bahwa menjadi kaya ketika orang menderita tidaklah menyenangkan.
Sistem yang Rapuh
Bertambahnya jumlah penduduk, membuat makin terbatasnya lahan kosong, sehingga menjadikan harga properti selalu naik setiap tahunnya, sedangkan penghasilan cenderung stagnan. Hal ini mengakibatkan banyak orang mengalami Fear of Missing Out (FoMO) ‘takut untuk ketinggalan’. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa orang-orang akan sesegera mungkin mencari rumah dengan cara kredit agar harganya tidak bertambah mahal.
Pada tahun 2001, Bank Central Amerika Federal Reserve (The Fed) mengeluarkan kebijakan penurunan suku bunga 1%. Turunnya suku bunga ini juga memengaruhi tingkat suku bunga di perbankan. Kebijakan ini sebenarnya menguntungkan rakyat Amerika, karena cicilan untuk Kredit Pemilik Rumah (KPR) menjadi murah.
Hal ini dipandang sebagai peluang oleh lembaga penyedia pinjaman KPR, salah satunya adalah Lehman Brothers Holdings Inc. Perusahaan ini memiliki fokus pengembangan properti, yang artinya mereka mengurus program pengajuan KPR. Keuntungan dari bisnis properti ini sangat besar, hingga dikembangkan lebih jauh oleh perusahaan ini.
Demi meningkatkan keuntungan, Lehman Brothers Holdings Inc mengambil langkah kredit subprime mortgage. Asumsinya sederhana sekali, jika orang yang mengajukan KPR tidak bisa membayar, maka KPR akan disita dan akan dijual lebih tinggi.
Titik Kehancuran Ekonomi Amerika
Pengajuan KPR subprime mortgage sebenarnya memiliki risiko tinggi, sehingga oleh bank investasi dijadikan sebagai salah satu instrumen investasi. Di sinilah peran kotor lembaga investasi dan lembaga pemberi nilai untuk melakukan obligasi. Subprime mortgage yang seharusnya memiliki nilai obligasi B, dikemas menjadi obligasi level AAA.
Hampir tidak ada orang yang sadar bahwa produk investasi ini sangat rawan karena adanya subprime mortgage. Hanya beberapa orang saja yang sadar akan bom waktu ini. Inilah kisah yang diangkat dalam film “The Big Short”, empat orang pria yang memiliki ide gila bertaruh melawan pasar properti. Caranya cukup sederhana, yaitu dengan mengasuransikan MBS.
Asuransi ini disebut sebagai CDS. Seperti asuransi pada umumnya, pihak yang mengajukan harus membayar premi. Pihak asuransi tentu senang sekali karena ada orang gila yang mengasuransikan MBS-nya. Ya, gila, karena pihak asuransi menganggap pasar properti akan terus naik dan tidak akan jatuh.
Pada tahun 2004, The Fed menaikkan suku bunga. Hal itu jelas memengaruhi suku bunga di perbankan. Dampaknya, tingkat cicilan perumahan makin meningkat, sehingga sangat memberatkan golongan subprime mortgage. Pada tahun 2004 sampai 2006, angka gagal bayar MBS pun makin meningkat.
The Fed dan lembaga keuangan lainnya, menganggap hal ini hanya bersifat regional dan sementara. Menurut mereka, tahun 2007 sampai 2008 menjadi tahun yang tidak pernah diharapkan terjadi. Pada tahun-tahun ini, terjadi kredit macet besar-besaran di Amerika. Banyak rumah-rumah yang disita, tetapi tidak ada yang mau membeli rumah.
Sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran, jika penawaran lebih banyak daripada permintaan maka harga akan turun. Hal ini menjadikan perusahaan Investasi menjadi ambruk. Bukan hal yang mudah dalam menyelesaikan masalah ini, pemerintah Amerika bahkan turun tangan dengan mengeluarkan kebijakan bailout hingga butuh 10 tahun untuk recovery.
Muhammad Akhlal
Editor : Kamela Zaenul Afidah