Ekspresionline.com–Puluhan mahasiswa berkumpul di Tugu Pal Putih, Yogyakarta, untuk mengadakan Rapat Rakyat Menggugat Jokowi, Sabtu (10/2/2024). Rapat ini diadakan oleh berbagai organisasi dan individu seperti Social Movement Institute (SMI), DEMA Justicia UGM, IMM FH UMY, WALHI Jogja, LBH Jogja, IMM DIY, dan lainnya.
Dalam rapat tersebut, para organisasi yang tergabung telah menyatakan sikap mengenai pemilu yang akan diadakan. Pernyataan tersebut berbunyi, “Kontestasi pemilu tahun ini tidak berhasil menjamin kebebasan fundamental, sehingga kami akan tetap berada pada barisan oposisi sejati.”
Acara tersebut dimeriahkan oleh penampilan dari Kepal SPI. Band asal Jogja itu menjadi penampil awal sekaligus membuka acara tersebut. Selain Kepal SPI, Rapat Rakyat ini memberikan ruang bebas bagi para orator dan seniman yang ingin menampilkan puisi atau pidato politiknya.
Danang Kurnia Awami, Perwakilan LBH Yogyakarta, memberikan pidato pembuka pada rapat akbar tersebut. Ia menyerukan kepada hadirin untuk menggunakan panggung yang sudah dibuat sebagai panggung rakyat.
“Pagung ini memang kita persembahkan untuk teman-teman semuanya. Untuk kawan-kawan yang masih setia terhadap perjuangan untuk melawan oligarki,” ujarnya.
Selain Danang, Eko Prasetyo, pendiri SMI, turut menyerukan pendapatnya dalam panggung tersebut. Lewat orasinya, ia menyinggung kampus-kampus yang menyuarakan demokrasi di Indonesia hanyalah tiruan pernyataan moral. Eko menyinggung perihal sikap kampus yang tidak pernah bersuara dalam persoalan UKT di masing-masing kampus.
“Untuk apa kampus berkhutbah moral? Padahal udah mahal, tidak demokratis, [tetapi] mengatakan kampus demokratis Mestinya kampus-kampus mendorong mahasiswanya turun ke jalan, memenuhi jalanan ini dan mengingatkan bahwa tugas mahasiswa bukan [hanya] kuliah. Hari ini, tugas mahasiswa menghentikan kekuasaan yang otoriter,” kata Eko.
“Demokrasi mestinya tidak jatuh pada tangan-tangan rektor-rektor yang culas. Demokrasi tidak jatuh pada kampus-kampus yang komersial,” tambahnya.
Dalam rilisnya, Rapat Rakyat Menggugat Jokowi menilai tidak ada perubahan yang signifikan jika sistem demokrasi sekarang tetap dipakai. Buruh pabrik tetap dihisap tenaganya, ojol tetap narik, pengangguran tetap pengangguran, kuli tetap nguli, nelayan tetap mancing, pendidikan tetap mahal, dan kesehatan tetap sulit diakses. Alhasil, penderitaan rakyat tetap begitu begitu saja. Salah satu jalan keluar yang ditawarkan dalam Rapat Rakyat Menggugat ini adalah demokrasi langsung seratus persen.
Dalam sesi penutup, Kepal SPI memberikan penampilannya. Ia menampilkan dua lagu untuk mengakhiri rapat tersebut, berjudul “Indonesiaku” dan “Buruh Tani”.
Aldino Jalu Seto
Reporter: Aldino Jalu Seto
Editor: Nugrahani Annisa