Ekspresionline.com-Adakah sebelumnya yang menginginkan pandemi seperti sekarang? Pandemi yang mematahkan rencana, harapan, juga keinginan banyak orang. Pandemi yang bisa dibilang, kasarnya, mengobrak-abrik rencana manusia. Semua sektor terdampak karenanya, terlebih yang berkaitan dengan kerumunan orang juga kontak fisik seperti olahraga, terpaksa harus diundur bahkan dibatalkan. UKM Olahraga UNY tak menjadi pengecualian. Sebagai unit untuk mengembangkan bakat dan minat mahasiswa, UKM Olahraga dituntut untuk bisa survive di tengah pandemi dengan segala perubahan yang harus disesuaikan.
Pandemi Menuntut untuk Together We Better
Bunyi berdebum bola basket yang beradu dengan langkah kaki para pemain serta suara sorak sorai penonton yang diselingi peluit dari wasit sepertinya sudah kembali dirindukan oleh Komunitas Basket FIS UNY. Hal ini terwakilkan dengan pertanyaan kapan latihan lagi, kapan sparing lagi, juga kapan diadakan lomba lagi. Membuat sang ketua, Sapta Izmin Dhini Prasasti Irawati, harus memutar otak dalam menjawab setiap pertanyaan anggotanya. Ia tidak ingin mematahkan semangat kawan-kawannya meskipun memang belum tahu kapan tepatnya semua akan terlaksana secara normal kembali. Sebagai salah satu UKM tingkat fakultas, Komunitas Basket FIS UNY juga turut merasakan perubahan akibat pandemi tersebut.
Dalam bincang media via WhatsApp, Sapta mengungkapkan kekesalannya terhadap masa pandemi ini. Banyak target yang telah mereka susun di awal pandemi, tetapi akhirnya tidak terlaksana bahkan di antaranya banyak yang dibatalkan untuk alasan keamanan serta kesehatan para pemain sehingga rasa bosan pun tak jarang hadir melingkupi mereka. “Rasanya kesel, latihan jadi ngadet, lomba juga ngadet, rekrutmen kepengurusan juga demikian.” Ungkapnya dengan nada yang tersirat kesal melalui pesan singkatnya. Padahal, ia mengungkapkan bahwa ketiga hal tersebutlah yang menjadi target Komunitas Basket FIS UNY di awal pandemi. Mau bagaimana lagi, sangat disayangkan memang karena tidak ada yang menyangka jika pandemi akan datang membuat segala rencana menjadi berjalan tidak normal.
Untuk latihan sendiri Komunitas Basket FIS UNY memang lebih mengutamakan latihan fisik dibandingkan latihan secara daring. Karena menurut Sapta sendiri latihan daring tidak efektif apalagi dengan hanya memberi teori, pasti akan sulit dipahami. Mereka pun terpaksa meredam rasa kesal dengan bersabar dan berlatih hanya dengan anggota yang berada di Jogja dengan jumlah tidak selengkap sebelum pandemi. Terlebih untuk angkatan baru, mereka terpaksa harus latihan di tempat masing-masing untuk sementara. Karena kembali lagi, olahraga itu membutuhkan teknik yang hanya bisa dipahami dengan lebih mudah saat dipraktikkan secara langsung. “Mau dikasih teori pun susah, rasanya kurang ngena. Simplenya seperti ini, misal dikasih teori tentang dribble (cara memantulkan bola), tapi enggak tahu tekniknya, tentang bagaimana cara jari saat ngedribble kayak ngelenturinnya sampai kontrolingnya. Semuanya susah, harus teknik langsung,” terang Sapta saat diwawancarai Ekspresionline.com Rabu, (16/6/21).
Begitu juga target memenangkan perlombaan yang tidak berjalan sesuai harapan. Pasalnya Jogja juga kembali berstatus sebagai zona merah terdampak Covid-19 sehingga tidak ada yang berani menggelar perhelatan olahraga sampai waktu yang belum ditentukan. Belum lagi masalah rekruitmen anggota baru yang terlaksana, tetapi seperti kurang nyata. Masih belum ditemukan banyak potensi baru untuk bisa dikatakan sebagai penerus anggota lama yang sebentar lagi akan menginjak semester akhir. Padahal, sebagai sebuah komunitas tentunya setiap periode dibutuhkan anggota baru untuk menggantikan anggota lama agar komunitas tetap berjalan. Akan tetapi, pandemi membuat proses rekruitmen ini seperti tersendat sehingga berpengaruh pula terhadap antusiasme latihan rutin mereka yang diadakan setiap hari Kamis. “Setiap perubahan ini pasti pengaruh ya dengan semangat anak-anak, apalagi kalau yang datang latihan itu cuma sedikit, euphorianya seperti kurang,” jelas pebasket angkatan 2019 tersebut.
Mengakrabkan diri dengan berkirim pesan di sosial media menjadi cara Sapta untuk menjalin komunikasi dengan anggota tim basketnya yang belum bisa ke Jogja. Ia berharap saat bertemu nanti tidak ada rasa canggung menyertainya. Sapta juga mengingatkan mereka untuk terus berlatih mandiri serta menjaga stamina tubuh agarterhindar dari sakit. Selain itu juga untuk mengikis perbedaan skill yang terlalu menonjol antara mereka yang di Jogja dengan yang di luar Jogja. Karena bagaimanapun, latihan sendiri dengan latihan bersama terlebih ada treatment dari pelatih itu berbeda. Namun, tidak ada salahnya juga tetap latihan sebagai pemanasan agar nanti saat ke jogja dan latihan rutin bersama badan mereka sudah siap dan tidak kaget seandainya harus bertanding tiba-tiba.
Satu kunci yang selalu dipegang Sapta dan timnya di masa pandemi yaitu keakraban. Karena menurutnya saling berkabar dan mengingatkan satu sama lain itu penting. Bagaimana pun mereka adalah satu kesatuan, sebuah komunitas yang bila tidak berjalan bersama tentunya tidak akan bergerak. Seperti quotes dari pelatih yang selalu Sapta terapkan dalam memimpin kawan-kawannya, No matter how good one individuals is, it takes a whole team to win a championship. Do or die.“ Soalnya kalau kita sendiri-sendiri pasti gak bisa jalan, tetapi kalau bareng-bareng pasti when nothing become everything. Together we better,” pungkas Sapta mengakhiri wawancara.
Pandemi Membuat Latihan Semakin Antusias
Selain Komunitas Basket FIS UNY, dampak pandemi juga turut dirasakan oleh UKM Voli UNY. Adinda Nurulia Febriani, pengurus UKM Voli, membenarkan bahwa pandemi ini turut memengaruhi tim volinya. Mulai dari porsi latihan yang berkurang sampai target yang belum bisa dipenuhi. “Di awal pandemi kami sudah menargetkan untuk bisa latihan secara rutin, juga bisa ikut beberapa perlombaan, tetapi sayang ternyata buat latihan aja susah, apalagi lomba. Enggak ada lomba yang kami ikuti selama pandemi” terangnya mengenai target tim voli yang dirasa belum maksimal.
Setelah kampus memberlakukan pembelajaran jarak jauh dan berganti menjadi sistem dalam jaringan (daring), banyak anggota voli yang akhirnya belum bisa kembali ke Jogja sehingga yang ikut latihan bersama pun tidaklah selengkap sebelumnya. Latihan pun menjadi berbeda karena diganti dengan latihan mandiri di club masing-masing bagi mereka yang belum bisa datang ke Jogja dan tidak ada latihan daring maupun teori yang diberikan. Tidak ingin mengambil resiko, mereka lebih memilih menunda pergi ke Jogja agar tidak perlu melakukan karantina mandiri. Sedangkan, untuk mereka yang ada di Jogja juga diharuskan mematuhi protokol kesehatan dengan sedikit mengubah pola latihan mereka. “Sebelum puasa, latihan masih sering diadakan, tentunya dengan mematuhi protokol kesehatan dengan cara membagi tim menjadi beberapa kelompok agar tidak terlalu berkerumun,” jelas Adinda.
Perlombaan yang menjadi salah satu target UKM Voli UNY juga belum berhasil terlaksana karena selama pandemi ini banyak perlombaan yang dihentikan demi keselamatan dan kesehatan para pemain. Terlebih, Jogja per bulan Juni 2021 ini juga mengalami lonjakan kasus positif covid yang cukup besar sehingga segala kegiatan yang berkaitan dengan kerumunan, seperti turnamen olahraga tidak dilaksanakan sampai waktu yang belum ditentukan. “Selama pandemi ini tidak ada kejuaraan ataupun pertandingan untuk voli, apalagi kasus positif Covid-19 sedang meningkat. Jadi, belum ada yang berani ngadain pertandingan,” kata Adinda dalam wawancara via daring.
Walaupun banyak target yang belum terlaksana, Adinda menuturkan bahwa antusiasme tim voli saat latihan tidak berubah. Mereka masih semangat dan akrab satu sama lain, padahal selama ini kebanyakan dari mereka hanya berinteraksi lewat sosial media. Tuntutan keadaan membuat mereka menunda penyelenggaraan berbagai kegiatan untuk saling mengakrabkan diri seperti malam keakraban (makrab), sparing, dan kegiatan bersama lainnya. “Justru kalau latihan malah pada antusias soalnya mereka sudah lama off latihan selama pandemi dan pengen latihan lagi, takut susah benerin teknik lagi,” terang mahasiswa Ilmu Komunikasi tersebut tak kalah antusiasnya.
Pandemi memang masih abu-abu kapan akan berakhir, tetapi Adinda tetap berpikir positif akan kemajuan UKM Voli UNY. Ia berharap mereka bisa survive dengan baik di tengah pandemi ini juga ke depannya bisa menjadi UKM olahraga yang lebih baik lagi sekaligus memperbaiki juga mencapai segala hal yang terlewat selama masa pandemi. Ia juga tidak sabar untuk bertemu dan berlatih bersama anggota lainnya yang masih berada di luar Jogja. “Harapan untuk UKM Voli UNY ke depannya, semoga kita bisa latihan di GOR secara maksimal karena GOR kadang suka full jadwal dan kita suka ngalah kalau ada event di GOR. Pokoknya UKM Voli UNY Jaya!” pungkas Adinda disertai jargon andalan timnya.
Risqi Zakiyah
Editor : Arum Nur Latifa