Ekspresionline.com–Era digital kini mampu memengaruhi mekanisme industri buku. Hadirnya media sosial membuat penerbit buku tidak hanya menunggu seorang penulis mengirimkan naskahnya. Ada Blog, Twitter, Facebook, Instagram, dan lainnya yang dapat dijadikan sumber naskah dalam menerbitkan buku. Hal ini berimbas pada keaktifan penerbit dalam berburu naskah di media sosial.
Salman Faridi, CEO Bentang Pustaka, mengungkapkan bahwa paradigma para penerbit pun berubah. Buku tidak selalu diartikan dengan konten yang harus ditulis dengan rapi melalui riset panjang dan kemudian dikirimkan ke penerbit. Siapa pun dapat menulis di media sosialnya masing-masing dan kemudian dibukukan. Misalnya saja blogger ternama seperti Raditya Dika dan selebtwit Salman Aristo. Mereka tidak mengirimkan naskahnya ke penerbit, tetapi penerbit lah yang menghubungi mereka untuk membukukan naskahnya.
Selain Blog, Twitter, dan Facebook, media sosial lainnya yang juga menarik perhatian penerbit sebagai sumber naskah adalah WattPad. Wattpad sendiri adalah sebuah media penulisan daring yang diluncurkan oleh salah satu perusahaan digital asal Toronto, Kanada pada tahun 2006. Di WattPad, siapa pun dapat menulis dan membaca apa pun, seperti novel, cerpen, puisi, dan esai.
Eskalasi penerbitan buku dari naskah WattPad mulai terjadi di tahun 2015-2017. Penerbit Bentang Pustaka menerbitkan buku WattPad pertamanya yang berjudul Tenaga Kerja Istimewa di tahun 2015 karya Alya Zultanika, atau yang lebih dikenal dengan nama pena Naiqueen. Penerbit Loveable menerbitkan buku WattPad pertamanya berjudul 31st Days of Love karya Yolana Ivanka di tahun 2016. Di tahun yang sama dengan Penerbit Loveable, Penerbit Gagas Media juga menerbitkan buku WattPad pertamanya dengan judul The Bridesmaids Tale karya Fala Amalina.
Berbeda dengan Blog, Twitter, maupun Facebook, WattPad mempunyai fitur untuk mengetahui jumlah pembaca. Meskipun itu bukan jumlah pembaca yang membaca keseluruhan cerita, tetapi fitur tersebut dapat menjadi perhitungan penerbit dalam menerbitkan suatu naskah dari WattPad. Selain itu, ada juga fitur suka dan komentar sehingga penerbit dapat melihat langsung respons pembaca terhadap suatu naskah di WattPad. Ada pengategorian genre dan urutan kepopuleran sebuah naskah di WattPad, membuat siapa pun dapat mengetahuinya genre apa dan naskah milik siapa yang sedang ramai di WattPad.
Menurut Jeffri Fernando, Direktur Gagas Media Group, fitur-fitur tersebutlah yang dapat menarik para penerbit untuk menerbitkan naskah-naskah dari WattPad. Dari sana, penerbit dapat memperkirakan akan terjual berapa banyak naskah WattPad nantinya ketika dibukukan. Walaupun kualitas konten tetap menjadi pertimbangan utama dalam membukukan naskah WattPad, tetapi jumlah pembaca juga menjadi salah satu tolok ukur untuk menerbitkannya. Konten yang berkualitas dengan jumlah pembaca terbanyaklah yang dicari para penerbit.
Persaingan Berburu Naskah
Menjamurnya konten di media sosial baik dari Twitter, Facebook, Instagram, maupun WattPad yang berpotensi dibukukan membuat para penerbit saling bersaing dalam berburu naskah. Penerbit, melalui editornya, dituntut selalu responsif terhadap aktivitas di media sosial. Siapa selebtwit, selebgram, dan akun Facebook mana yang kini sedang ramai pasti menjadi perhatian para editor. Begitu pun dengan WattPad.
“Kini fungsi editor tidak hanya mengedit naskah, tetapi juga mencarinya. Editor kami [Gagas Media] harus selalu hunting naskah, membahas naskah yang ditemukannya ke rapat redaksi, dan dengan cepat menghubungi penulisnya,” jelas Jeffri, Selasa (27/8/2019). Hal tersebut mereka lakukan agar naskah yang menjadi target untuk dibukukan tidak didahului oleh penerbit lain. Jeffri juga menambahkan bahwa di situlah menariknya dan tantangan yang harus dihadapi ketika menerbitkan buku dari platform-platform digital.
Hal serupa juga dilakukan oleh Penerbit Bentang Pustaka. Bentang juga mengupayakan para editornya responsif terhadap aktivitas di media sosial. Menurut Dila Maretihaqsari, editor fiksi remaja dan populer Bentang Pustaka, ia harus selalu aktif dalam memantau media sosial, khususnya di WattPad.
Selain permasalahan “siapa cepat dia dapat”, persaingan juga hadir dalam kontrak penerbitan, perjanjian antara penerbit dengan penulis; seberapa besar royalti, berapa banyak buku dicetak, daerah mana saja yang pendistribusian bukunya, dan sistem pemasaran seperti apa yang akan dilakukan penerbit. Semua itu menjadi pertimbangan penulis dalam menerbitkan naskahnya di sebuah penerbitan buku. Menurut Jeffri, kontrak penerbitan yang diajukan penerbit tidak selalu disepakati oleh penulis, beberapa kerap ditolak dan naskah pun gagal dibukukan.

Nama besar penerbit pun juga menjadi pertimbangan bagi penulis. Ainur Rahmah, yang kerap dipanggil Ayi, penulis buku Unexpected Prince pernah ditawari tiga penerbitan sekaligus untuk menerbitkan buku tersebut. Padahal proses penggarapan buku Unexpected Prince baru setengah jalan kala itu. Dari ketiga penerbit tersebut, Ayi memilih Grasindo sebagai tempat menerbitkan buku Unexpected Prince-nya, dengan alasan nama besar penerbit.
“Jujur memang aku lebih prefer ke penerbit yang namanya sudah besar. Soalnya, sebagai penulis yang masih berproses mengembangkan sayap, aku jelas punya ekspektasi kalau rumah karyaku [penerbit] harus kuat dan luas dalam hal pemasaran,” jelas Ayi, Jumat (4/10).
Walaupun naskah di WattPad memang mencapai jutaan, tetapi penerbit yang mencari naskah juga semakin banyak. Hal tersebut menambah ketatnya persaingan para penerbit untuk berburu naskah di WattPad. Untuk mengatasi hal tersebut, Bentang Pustaka memiliki strategi dengan membuat Belia Writing Marathon (BWM). BWM adalah program pelatihan menulis untuk para penulis remaja, yang nantinya naskah para peserta akan diunggah di akun WattPad Bentang. Kemudian, jika memang sesuai standar Bentang dan ceritanya menarik, naskah tersebut akan dibukukan.
Pengaruh Komunitas Terhadap Strategi Promosi
Para pembaca WattPad kini telah menjadi satu kesatuan komunitas. Menurut Jeffri, pembaca buku bertema teenlit, remaja sekolahan, percintaan anak remaja, persahabatan dan lainnya, sebenarnya sudah ada sejak sebelum adanya WattPad. Akan tetapi, dulu belum ada wadah yang dapat mempersatukan mereka. Sementara sekarang, WattPad dapat membuat mereka berkumpul dalam satu platform. Memiliki kesukaan yang sama, saling berinteraksi dan berjejaring satu sama lain, sampai banyak komunitas-komunitas yang dibuat oleh para pembaca WattPad. Komunitas-komunitas inilah yang juga mempermudah penjualan dan membesarkan industri buku WattPad.
Komunitas yang terbentuk karena Wattpad ini beragam. Ada komunitas yang khusus menyukai salah satu genre di WattPad, komunitas penyuka salah satu buku, ada juga komunitas yang khusus penggemar salah satu tokoh dalam sebuah buku. Menurut Siti Chusnul Khotimah yang merupakan pembaca WattPad sejak 2014, mereka yang tergabung dalam suatu komunitas penyuka WattPad tidak hanya berinteraksi secara daring. Beberapa kali mereka juga mengadakan pertemuan secara langsung. Memperbincangkan segala sesuatu tentang buku-buku, khususnya buku-buku dari WattPad.
Adanya komunitas-komunitas yang dibuat oleh para pembaca, membuat para penerbit dapat membaca bagaimana strategi pemasaran mereka. Loveable Group biasanya akan membuat promosi berupa trailer dari tokoh-tokoh buku WattPad di media sosial mereka. Menurut editor Loveable Group, Fenti Novela, hal tersebut mereka lakukan guna membuat para pembaca yang tergabung di beberapa komunitas merasa menjadi seperti tokoh-tokoh di buku WattPad. Oleh karena itu, memvisualkan tokoh-tokoh di buku WattPad menurut Fenti dapat membuat para pembaca lebih tertarik terhadap buku-buku mereka. “Membuat pembaca benar-benar semakin penasaran, dan membeli bukunya,” ungkap Fenti, Selasa (27/8).
Hal tersebut diamini oleh Siti yang kini memiliki komunitas pecinta buku WattPad berjudul Saga. Menurut Siti, visualisasi terhadap tokoh-tokoh di buku WattPad dapat menambah antusiasme pembaca untuk mau membelinya. “Karena menggunakan visual orang Korea, karakter dalam buku WattPad dapat mudah kami bayangkan. Hal tersebut yang membuat kami ingin membeli buku-buku WattPad,” jelas Siti, Rabu (16/10).
Selain memvisualisasi tokoh-tokoh di dalam buku melalui media sosial, Fenti juga memaparkan bahwa Loveable Group melakukan promosi dengan menemui para pembaca dan komunitas-komunitas WattPad secara langsung. Loveable Group kerap membuat gelar wicara di berbagai lokasi. Menurut Fenti, gelar wicara untuk buku-buku WattPad selalu ramai dihadiri peserta dengan antusias.
“Pas acaranya, kita putar trailernya, terus kita karaokean bareng, teriak-teriak. Kita mengundang dance cover, kita mengundang penyanyi, pokoknya kita bener–bener bikin happy gitu, terus kita lempar-lemparin pin-pin lucu, entah kenapa mereka rame banget,” ungkap editor Penerbit Loveable itu.
Berkat promosi-promosi yang dilakukan Loveable Group, Fenti mengklaim buku-buku WattPad mereka bisa terjual ribuan eksemplar hanya dengan waktu sekian menit. “Jujur ya penjualan buku-buku WattPad di kami itu kebanyakan lima menit seribu eksemplar kemakan [terjual]. Tapi balik lagi, bagaimana promosi dari kita dan kekuatan penulis, jadi gitu,” jelas Fenti.
Hal serupa juga dilakukan oleh Penerbit Bentang Pustaka. Untuk novel serial High School Series, Bentang pernah membuat gelar wicaranya. Menurut Salman, peserta yang hadir di gelar wicara tersebut mencapai ratusan. Seperti Loveable, peserta gelar wicara yang diadakan Bentang juga terlihat antusias. “Ada dua bintang tamu yang kita datangkan, seolah-olah itu adalah karakter yang ada di novelnya. Jadi untuk merepresentasikan karakternya itu kita bikin topeng kertas. Semua ada desain karakternya dalam bentuk ilustrasi, yang satu perempuan, satu lagi laki-laki. Itu semua peserta seneng banget,” terang Salman, Rabu (24/7).
Setelah pra-pencetakan, penerbit juga melakukan promosi pada waktu pasca percetakan. Fenti menambahkan bahwa pada tahap penjualan, ketika buku sudah masuk toko, Loveable juga memberikan promosi terhadap para pembacanya. Loveable membuat semacam box set untuk strategi penjualan bukunya. Di dalam box set tersebut terdapat buku, tas, kipas, stiker, kaus, dan lainnya. Menurut editor Loveable, promosi tersebut digunakan supaya pembaca merasa dekat dengan penulis maupun tokoh idola di sebuah buku.
Menghilangkan beberapa bagian cerita di WattPad dan hanya ada di buku fisiknya juga menjadi salah satu strategi penerbit dalam pemasaran mereka. “Memang ada beberapa buku, cerita di bagian-bagian terakhir kami hilangkan di WattPad. Nanti para pembaca bisa baca di edisi cetaknya ya. Jadi itu dapat membuat para pembaca WattPad untuk membeli buku fisik kan,” jelas Jeffri.
Penjelasan Jeffri tersebut diamini oleh Siti. Ia mengaku, selain untuk menghargai karya penulis, ia tetap membeli buku cetak karena penasaran dengan bagian cerita yang dihilangkan atau belum terselesaikan di WattPad. “Aku penasaran, biasanya ada beberapa perbedaan versi Wattpad dan buku cetaknya. Ada ekstra part yang hanya ada di buku cetaknya,” jelas Siti.
Reza Egis
Reporter: Reza Egis, Sabine Fasawwa
Laporan 2: Industri Buku dan Evolusi Sistem Tata Niaga
Laporan 3: Digitalisasi Industri Buku: Dari Distribusi hingga Konsumsi
Laporan 4: Wattpad: Dari Media Sosial ke Industri Buku Cetak
Laporan 5: Buku dalam Bayang-Bayang Negara
Laporan 6: Kancah Suram Penerbit Perguruan Tinggi
Laporan 7: Masih Ada Pendidik yang Jual Buku Pelajaran ke Murid
Laporan 8: Sekolah dan Tenaga Kependidikan Dilarang Jual Buku Pelajaran
Laporan 9: Dari Jogja, Mereka Melawan Pembajakan
Opini: Pratik Jual Beli Buku Pelajaran Adalah Bentuk Pengabaian terhadap Hak Siswa