Menyimpan Kenangan di Balik Pembangunan Jalan

Bangunan SDN Tepus 2 yang tersisa. Bangunan lainnya telah dibongkar untuk pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan.

 “Kurang lebih sudah satu bulan, Mbak, proyek berjalan,” Tutur Harso Utomo yang disepakati kedua rekannya.

Ekspresionline.com–Selama kurang lebih satu bulan, warga Kecamatan Tepus mendengarkan bisingnya suara alat proyek menghancurkan bukit-bukit, meratakan tanah, dan menyingkirkan rumah-rumah yang dilalui Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS). Di sepanjang jalan, kita akan menemui banyak bangunan yang sudah siap menunggu giliran untuk diruntuhkan. Sejenak, kita seperti melalui kampung mati karena masih banyak bangunan berdiri. Namun, genteng dan perabotan rumah sudah diangkut pemilik menuju rumah mereka yang baru.

Truk berlalu lalang di sepanjang proyek jalan

Siang hari, sekitar pukul 14.00 WIB, Bapak Harso bersama kedua rekannya bercengkrama di atas rumahnya yang sudah diruntuhkan. Rumah Bapak Harso termasuk salah satu rumah yang mengalami pembebasan untuk pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS). Tidak ditemui raut muka sedih pada ketiga bapak muda ini saat bercengkrama, mereka terlihat sangat bahagia.

“Yhaaa, kalau dipikir mbak, ini bukan ganti rugi, tapi ganti untung, malah ada banyak yang iri, Mbak, karena rumahnya gak dilalui JJLS,” Ujar salah satu teman bapak Harso dengan raut bahagia.

Namun, perasaan menjadi membiru saat Bapak Harso menceritakan terkait bapak beliau. Selama 8 bulan orang tua Bapak Harso sempat syok dan jatuh sakit karena rumah dan tanah yang mereka miliki akan mengalami pembebasan lahan. Orang tua Bapak Harso selama sakit selalu membayangkan perjuangan beliau membeli tanah hingga anak-anaknya juga tinggal di perkarangan yang sama dengan beliau. Namun, menurut penuturan Bapak Harso, orang tuanya sembuh setelah melihat anak-anaknya akhirnya punya tanah sendiri dan punya rumah sendiri yang lebih bagus dari sebelumnya.

Sisa-sisa rumah Bapak Harso bersama keluarga.

Kejadian orang tua sakit tidak hanya dirasakan Bapak Harso. Orang tua tetangga Bapak Harso hingga saat ini masih belum sembuh.

“Sekarang bapak sudah ngarit lagi mbak ke ladang, nanti bakal saya jemput jam 5 sore”, tambah Bapak Harso dengan bersemangat.

Tidak hanya rumah yang memiliki banyak kenangan, satu sekolah dasar juga mengalami pembebasan lahan. Bangunan SDN Tepus 2 yang dulu menjadi ruang belajar dan bermain yang menyenangkan untuk anak-anak kini tinggal kenangan. Sebagian besar gedung sekolah telah diratakan dengan tanah. Hingga saat ini, tinggal ruang kelas 4, 5, 6, dan ruang kantor. Gedung yang masih tersisa sudah tidak ada peralatan mengajar, tinggal karya anak-anak yang masih nyaman tertempel di gedung yang tersisa.

Sisa-sisa ruang kelas SDN Tepus 2.

Saat ini, anak-anak SDN 2 Tepus belajar dan bermain di Bale Dusun Blekonang 1. Saat pertama kali saya datang, miris sekali. Anak-anak belajar tanpa aling-aling tembok. Lebih-lebih kalau hujan, mereka kehujanan. Pada saat itu, mereka belajar membuat karya gangsingan kertas, mereka  membuktikan warna-warna pelangi. Semangat anak-anak tidak sebanding dengan fasilitas yang seharusnya mereka peroleh. Selama satu bulan anak-anak ini belajar di Bale Dusun Blekonang 1, salah satu anak kelas empat mengatakan dia pengen punya sekolah yang nyata lagi.

Kegiatan belajar siswa SDN Tepus 2 di Bale Dusun Blekonang 1.
Siswa kelas empat SDN Tepus 2 belajar di Bale Dusun Blekonang 1.

Saat kelas empat selesai sekolah sekitar pukul 09.30 WIB, mereka sangat antusias bercerita soal sekolah mereka yang sudah banyak yang dihancurkan. Mereka mengatakan bisa bermain petak umpet, sunda manda, kejar-kejaran, menangkap belalang, dan engklek di halaman sekolah.

“Sedih, banyak kenangan disana, Mbak. seharusnya kita belajar di sana tapi sudah tidak bisa,” kata salah satu siswi kelas empat yang bersemangat sekali bercerita hingga binar matanya sangat terlihat.

Saat ditanya soal keadaan sekolah mereka, anak-anak berebut untuk bercerita. Mereka mengatakan bahwa di sana ada banyak tanaman dan bisa memburu belalang. Salah satu siswa suka bersembunyi di belakang sekolah, saat main petak umpet. Tidak hanya itu, mereka juga sangat antusias saat mengatakan, ada salah satu anak yang menangis karena bertengkar. Menyenangkan sekali cerita mereka dan sekolahnya yang sekarang sudah diratakan.

Besar harapan mereka untuk mendapatkan gedung sekolah lagi, “sekolahnya gak harus bagus, yang penting sekolah yang seperti dulu lagi,” jawab salah satu siswa kelas empat dengan lantang yang disepakati semua anak.

Pembangunan JJLS pada tahun 2024 mendatang telah rampung pengerjaannya. Namun, semua keceriaan di balik jalan itu pada masa lalu hanya bisa dikenang oleh warga dan anak-anak SD di sana tanpa bangunan yang menjadi saksi bisunya. Menyimpan semua kenangan, untuk diobrolkan lagi bersama keturunan.

Mengutip perkataan Bapak Harso, “Bapak saya bilang, kalau semisal boleh, mending tidak mengalami pembebasan lahan”. Namun, ternyata kita hanya bisa mengenang, tanpa ada wujud yang dikenang.

 

Fatonah Istikomah

Fotografer : Fatonah Istikomah

Editor : Armand Rizky Putra Gazali

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *