Selasa (29/04) Lanjutan divisi utama liga sepakbola Indonesia 2014/2015 yang mempertemukan PSS Sleman dengan PSIM Yogyakarta di stadion Maguwoharjo berlangsung panas. Laga yang bertajuk derby Mataram karena kedua tim yang sama-sama berasal dari Provinsi Yogyakarta yang mempunyai ikatan dengan kerajaan mataram berakhir dengan skor imbang tanpa gol.
Suasana panas sudah terasa sebelum pertandingan berlangsung. Kedua tim yang sama-sama mempunyai suporter fanatik, BCS (Brigata Curva Sud) dan Slemania dari PSS Sleman sedangkan Brajamusti dan The Maident dari PSIM mulai menyanyikan yel-yel dukungan mereka. Panpel ( panitia penyelenggara pertandingan) stadion Maguwoharjo sebelumnya melarang suporter PSIM untuk tidak datang ke stadion dengan atribut karena alasan keamanan. Mengingat kejadian-kejadian sebelumnya yang selalu berlangsung tidak kondusif.
Pertandingan sempat terhenti pada menit ke-37 karena kerusuhan antara pendukung PSIM yang memenuhi tribun timur tanpa mengenakan atribut dengan pendukung PSS yang berada di tribun utara. Keributan terjadi akibat saling ejek dan lemparan batu yang dimulai oleh salah satu dari kelompok suporter yang memicu keduanya saling adu lempar batu.Pertandingan kembali dilanjutkan setelah polisi berhasil mengatasi dan meredam emosi para pendukung fanatik tersebut.
“Tidak tahu mas siapa yang memulai, tiba-tiba batu sudah berseliweran”, kata salah seorang suporter PSIM.
Menjelang pertandingan berakhir kerusuhan kembali pecah antara pendukung PSIM dengan PSS yang berada di tribun selatan. Keributan diawali setelah salah satu pemain PSIM dilanggar pemain PSS, kejadian ini memicu suporter PSIM melempari batu ke dalam lapangan. Kerusuhan ini berlangsung sekitar 15 menit dan berakhir setelah polisi menembakkan sekitar 7 kali gas airmata di tribun selatan.
“Sudah ada petugas polisi di tribun selatan, nanti kalo ditinggal, tribun utara ribut lagi “ kata salah satu petugas yang berjaga di tribun utara.
Abdy Bani