Judul film: 8 Mile
Tahun rilis: 2002
Genre: Drama/Musikal
Asal negara: Amerika Serikat
Sutradara: Curtis Hanson
Distributor: Universal Pictures
Ekspresionline.com–Siapa yang tidak tahu genre musik hiphop? Jenis musik ini sering menempati tangga lagu teratas di platform streaming musik populer, seperti Spotify, YouTube Music, Apple Music, dan lain-lain.
Musik bergenre hiphop merupakan salah satu genre musik yang digandrungi para remaja dewasa ini. Musik ini ciri-cirinya yaitu memiliki ritme dan ketukan yang cepat. Selain itu, gaya bernyanyi rap atau bernyanyi secara cepat juga merupakan suatu bagian dari musik ini.
Menjadi salah satu hiburan untuk telinga, banyak film yang kemudian menjadikan musik sebagai suatu genre dan sebuah elemen yang sangat penting dalam dunia perfilman. Film dengan genre yang menonjolkan aspek musik ini biasa disebut dengan film drama musikal.
Dari banyaknya film drama musikal, 8 Mile menjadi salah satu film drama musikal yang mengangkat genre musik hiphop ke dalam layar lebar. Film yang disutradarai oleh Curtis Hanson ini memenangkan piala Oscar untuk kategori Lagu Original Terbaik pada tahun 2003.
Film 8 Mile menceritakan tentang perjalanan seorang pemuda kulit putih bernama B-Rabbit (Eminem) dalam menjadi seorang penyanyi rap profesional. Posisinya di lingkungan masyarakat berkulit hitam membuat perjalanan musiknya tidak mudah. Ditambah lagi, kehidupannya yang bermasalah menjadi salah satu halangan untuk keluar dari lingkungannya.
Berlatar di lingkungan Afrika-Amerika, 8 Mile menyajikan konflik sosial yang berada di lingkungan tersebut. Konflik yang terlihat dengan jelas dalam film ini yaitu diskriminasi rasial yang membuat film ini menarik untuk ditonton.
Diskriminasi Rasial dalam Komunitas Hiphop
Tak dapat terbantahkan bahwa genre musik hiphop merupakan musik yang lekat sejarahnya dengan komunitas dan budaya orang Afrika-Amerika. BMXE dalam laman Genius menyebutkan bahwa genre musik ini lahir di South Bronx, New York, wilayah orang Afrika-Amerika, pada akhir tahun 1960-an dan populer pada tahun 1970-an sampai sekarang.
Sampai saat ini, genre musik ini sangatlah erat kaitannya dengan orang Afrika-Amerika. Hal ini dibuktikan dengan mayoritas penyanyi rap di Amerika Serikat yang didominasi oleh para rapper berkulit hitam. Akan tetapi, apa jadinya jika terdapat orang yang terlahir di luar ras Afrika-Amerika bergabung dalam komunitas musik ini?
Film 8 Mile menggambarkan kondisi tersebut dalam perjalanan sang tokoh utama, B-Rabbit. Sebagai seorang rapper kulit putih, B-Rabbit kerap menerima ejekan rasis dari rapper lain yang berkulit hitam dalam pertandingan rap.
Terdapat beberapa ejekan dan makian seperti dirinya yang tak pantas seperti “They laugh ‘cause you white with a mic,” dan “‘Cause this is hiphop, you don’t belong, you’re a tourist.” Hinaan-hinaan tersebut muncul sebagai pernyataan bahwa sang karakter utama tidak cocok berada di komunitas hiphop karena dia berkulit putih. Terlebih lagi, sang karakter utama juga sering mendapat hinaan yang merujuk kepada stereotipe orang kulit putih.
Peristiwa-peristiwa inilah yang disorot di film 8 Mile dalam menggambarkan kenyataan dalam dunia hiphop. Hal ini membuat perkembangan karakter dari B-Rabbit sangat menarik untuk diikuti. Terlebih lagi, penonton juga akan mendapat sudut pandang lain terhadap masalah rasial yang terjadi di dalam 8 Mile.
Permasalahan rasial di dalam film ini dapat terjadi karena musik dengan genre hiphop ditemukan pertama kali oleh orang Afrika-Amerika. Hal tersebut mengakibatkan komunitas hiphop didominasi oleh orang Afrika-Amerika dan memandang orang dengan ras lain sebagai inferior. Alhasil, terbentuklah suatu hirarki di dalam komunitas hiphop antara ras Afrika-Amerika dan ras lain.
Tentang 8 Mile
Film 8 Mile memberi pengalaman tersendiri yang mengesankan dalam menonton film drama musikal. Orang kulit putih seringkali digambarkan mendominasi dalam segala hal, tetapi film ini memberi gambaran justru sebaliknya.
Di samping hal itu, salah satu hal yang ditekankan dalam film ini yaitu posisi seseorang berkulit putih yang berada di tengah lingkungan dan komunitas orang Afrika-Amerika.
Tak hanya mengambil sudut pandang dari tokoh utama yang berkulit putih, 8 Mile juga menyorot budaya-budaya para pekerja dan penduduk di wilayah industri Kota Detroit, seperti adu rap pada saat jam makan siang dan budaya geng di Detroit.
Dari segi sinematografi, 8 Mile menggunakan tone warna dengan kombinasi warna abu-abu metalik, hijau, dan oranye agak kekuningan. Kombinasi warna tersebut sangatlah cocok dengan suasana di wilayah industri Kota Detroit yang erat kaitannya dengan slum area, geng jalanan, dan suasana yang muram pada saat itu.
Satu hal yang saya sayangkan ketika menonton 8 Mile yaitu kurangnya extreme wide shot yang menyorot keseluruhan wilayah kumuh dan industri di Kota Detroit. Hal tersebut menyebabkan latar tempat di film ini menjadi kurang tereksplorasi karena latar tempat memainkan peran yang sangat penting dalam membangun atmosfer film dan mengembangkan karakter sang tokoh utama.
Terlepas dari kurangnya extreme wide shot, film 8 Mile menyajikan pentas dan adu rap yang terlihat natural. Adu rap inilah yang membuat film ini menjadi hidup dengan keramaian dan lantunan rima yang menghasilkan euphoria tersendiri.
Referensi-referensi penyanyi rap terkenal dan lagu-lagunya juga menghiasi jalannya cerita film ini. Jadi, penonton tidak akan merasa bosan ketika menonton film ini.
Bergenre drama musikal, film ini tak lepas dari soundtrack yang enak didengar. Salah satu soundtrack yang paling terkenal sampai sekarang adalah “Lose Yourself”. Soundtrack inilah yang membawa 8 Mile untuk memenangkan Piala Oscar.
Banyak penonton yang mengira bahwa film ini merupakan film biografi perjalanan dari sang rapper Eminem. Kenyataannya, film ini hanyalah sebuah karya fiksi yang mengambil beberapa aspek biografi dan terinspirasi dari kisah hidup Eminem di Kota Detroit.
Dengan segala aspek film yang disajikan oleh Curtis Hanson, 8 Mile mendapatkan rating 7.2/10 di IMDb dan mendapat nilai sebesar 75% di Rotten Tomatoes. Nilai yang cukup bagus untuk film drama musikal yang berbasis musik hiphop.
Namun, menonton film merupakan pengalaman yang bersifat subjektif. Setiap orang memiliki penilaian masing-masing terhadap film yang mereka tonton.
Jadi, bagaimana? Apakah kamu tertarik untuk menonton film 8 Mile?
Erwin Tri Bawono
Editor: Nugrahani Annisa