Ekspresionline.com–Rekonstruksi ‘Tahta Untuk Rakyat’ menjadi sorotan dalam penyelenggaraan pameran Loka Padha Jogja Fotografis Festival (JOFFIS) 2023. Pameran fotografi ini merupakan kumpulan arsip Pribadi Sultan Hamengku Buwono (HB) IX, yang terkenal dengan jargonnya ‘Tahta Untuk Rakyat’. Sebagai visualisasi jargon tersebut, pameran yang sukses dihelat pada Jumat (18/08/2023) menghadirkan potret Erupsi Gunung Merapi dan Pembangunan Masjid Syuhada. Pameran telah dilangsungkan di Tirtodipuran, Link Building B, Jl. Tirtodipuran No. 26 Yogyakarta.
Menurut Akiq AW, Direktur JOFFIS, pemilihan album disesuaikan dengan tema besar acara JOFFIS edisi pertama, yakni Frame. Oleh karena itu, proses kuratorial menggunakan logika frame untuk melihat framing seorang penguasa. Dalam hal ini, pameran berusaha merekonstruksi bagaimana HB IX memandang daerah kekuasaannya. ”HB IX punya jargon yang sangat terkenal ’Tahta untuk Rakyat’. [Saat ini] kita belum tau cara raja [memandang] rakyat dan melihat wilayah kuasanya,” papar Akiq.
Fajar Wijanarko, Kurator yang mewakili Kraton Yogyakarta, turut menjelaskan alasan memilih kedua album tersebut untuk dipamerkan. ”Dua album ini bidikannya cukup tajam dan bisa dipresentasikan sebagai bentuk kompromi dengan alam. Kemudian [juga dapat] melihat sosok sultan yang berperan secara langsung.”
Menurut Fajar, sebuah narasi dapat terbaca dari kedua album terpilih. Narasi tersebut berkaitan dengan hukum sebab-akibat alam semesta. ”Bumi memiliki sebuah kesetimbangan, sebuah kompromi alam. Ketika membangun pasti ada yang hancur. Ketika kemudian tumbuh pasti akan ada yang mati.”
Selain itu, dua album tersebut juga menampilkan tentang ideologi HB IX yang tertuang dalam karya dua dimensi. ”Bagaimana idealisme beliau bisa kita lihat dari hasil-hasil bidikan beliau, dan [menjelaskan bagaimana] beliau hidup,” jelas Fajar.
Proses kurasi dilakukan oleh pihak Keraton dan tim JOFFIS. Mereka melakukan diskusi dengan membuka semua arsip HB IX. Kemudian berkolaborasi untuk melihat foto yang terbaik, termasuk memilih foto yang pantas di retro dan sebaiknya tidak di retro.
Akiq menyebutkan, panitia JOFFIS mulanya memperoleh arsip foto HB IX dalam bentuk cetakan kecil. Kemudian panitia mereproduksi foto dengan melakukan scan dan mencetak ulang dalam ukuran yang lebih besar. ”Karya yang dipamerkan reproduksi. Arsip yang tersedia untuk kita berupa cetakan kecil, semua hasil scan,” pungkas Akiq.
Annisa Fitriana
Reporter: Hayatun Nufus
Editor: Hayatun Nufus